Desember lalu, Perdana Menteri Mark Rutte mengaku Belanda bertanggung jawab atas perdagangan budak di Atlantik dan meraih keuntungan dari sana. Ia meminta maaf. Namun, Rutte menyatakan Belanda tak akan memberikan ganti rugi.
Bulan lalu hasil kajian sebuah komisi pemerintah mengungkapkan, House of Orange meraih keuntungan sekitar 600 juta dolar AS dari koloni Belanda pada 1675-1770. Sebagian besar disumbang dari keuntungan perdagangan rempah-rempah Dutch East India Company.
Namun bagi Black Manifesto dan Black Archives, permintaan maaf saja tidak cukup. Mereka melakukan aksi massa sebelum Raja Willem menyampaikan pidato dan membentang spanduk,’’No healing without reparations.”
‘’Banyak orang termasuk saya, kelompok saya, The Black Archives dan Black Manifesto, permintaan maaf tidaklah cukup. Permintaan maaf mestinya ditindaklanjuti dengan memberikan keadilan,’’ kata Direktur Black Archives, Mitchell Esajas.
Para pengunjuk rasa dari dua kelompok ini mengenakan pakaian tradisional berwarna. Pada masa lalu, para budak dilarang mengenakan sepatu dan pakaian berwarna.
‘’Mengenang kakek moyang kami pada hari ini, kami juga merasa bebas, kami dapat mengenakan apa yang kami inginkan. Kami dapat menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa kami bebas,’’ kata Regina Benescia-van Windt, yang kini berusia 72 tahun.