REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Lembaga pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan pakarnya yang berada di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, Ukraina belum melihat indikasi ranjau atau bahan peledak di PLTN tersebut. Tapi masih diperlukan observasi lebih lanjut untuk memastikannya.
Sejak awal invasi Rusia menduduki kawasan Zaporizhzhia dimana PLTN terbesar di Eropa itu berada. Pada Selasa (4/7/2023) lalu Rusia dan Ukraina saling tuduh rencana serangan ke PLTN Zaporizhzhia. IAEA sudah berulang kali memperingatkan bencana yang mungkin terjadi bila terjadi bentrokan militer di dekat PLTN itu.
Dua negara kerap saling menyalahkan atas tembakan yang berulang kali mematikan listrik yang dibutuhkan untuk mendinginkan enam reaktor dan menghindari pencairan nuklir PTLN Zaporizhzhia.
"Beberapa hari dan pekan terakhir (pakar IAEA) menginspeksi sebagian fasilitas termasuk beberapa seksi perimeter kolam yang besar dan melakukan penelusuran rutin di sekitar lokasi, sejauh ini tidak terlihat indikasi ranjau atau bahan peledak," kata IAEA dalam pernyataannya, Rabu (5/7/2023).
"Pakar IAEA meminta akses tambahan yang diperlukan untuk mengkonfirmasi tidak adanya ranjau atau bahan peledak. Terutama akses ke atasp reaktor unit 3 dan 4 yang sangat penting, serta akses ke bagian ruang turbin dan sebagian sistem pendingin di PLTN," tambah IAEA.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan angkatan bersenjata Ukraina, Selasa lalu, mengutip "data operasional" yang mengatakan "perangkat peledak" ditempatkan di atap unit dua reaktor. Pada April lalu Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan rekaman satelit bulan Maret menunjukkan Rusia menyiapkan "karung pasir dalam posisi tempur di beberapa atap gedung enam reaktor" di PLTN Zaporizhzhia.
Dalam pernyataannya IAEA tidak mengungkapkan mengapa lembaga itu menginginkan akses ke atap dua unit reaktor. IAEA mengatakan mengetahui laporan ranjau dan bahan peledak lain telah ditempatkan di sekitar atau di dalam PLTN.
"Dengan ketegangan militer dan naiknya aktivitas di kawasan di mana pembangkit listrik tenaga nuklir besar ini berada, pakar-pakar kami harus dapat memverifikasi fakta di lapangan," kata IAEA dalam pernyataannya.
"Laporan independen dan objektif akan membantu mengklarifikasi situasi saat ini di lokasi, yang mana penting di saat seperti ini dengan tuduhan-tuduhan tak terkonfirmasi," tambah lembaga itu.