REPUBLIKA.CO.ID, Unggahan palsu dan menyesatkan mengenai konflik di Ukraina terus viral di media sosial saat invasi Rusia memasuki hari ke-500. Beberapa diantaranya dapat ditemukan di akun Twitter centang biru. Akun berbayar yang kontennya dibagikan pengguna lain.
Dikutip dari BBC, Senin (10/7/2023) banyak informasi menyesatkan seputar perang di Ukraina disangkutkan dengan kerusuhan di Prancis baru-baru ini. Unggahan yang viral pekan lalu merupakan foto yang terlihat seperti berita yang menunjukkan dua senapan laras panjang.
"Polisi Prancis ditembaki dengan senapan Amerika yang mungkin berasal dari Ukraina," judul berita itu.
Sejumlah akun dengan centang biru membagikan unggahan yang dilihat jutaan kali. BBC melacak unggahan itu berasal dari saluran aplikasi Telegram pro-Kremlin. Foto yang digunakan tampaknya dari sebuah blog militer Rusia tahun 2012 mengenai kompetisi menembak di dekat Moskow.
BBC juga tidak bisa menemukan artikel berita dan foto tersebut selain itu tidak ada bukti senjata yang dikirimkan AS ke Ukraina digunakan dalam kerusuhan di Prancis. Baru-baru ini sejumlah akun Twitter dengan centang biru juga menyebarkan klaim Rusia menemukan "pabrik bayi" di Ukraina.
Unggahan itu menyatakan pasukan Rusia menemukan anak-anak berusia dua sampai tujuh tahun dari apa yang disebut sebagai "peternakan" dan mengirim mereka ke "brotel seks anak-anak" atau menjual organ mereka ke Barat.
BBC melacak sumber dari klaim itu berasal dari artikel yang dipublikasikan The People's Voice bulan Marer lalu. Nama lain dari YourNewsWire situs yang organisasi pencari fakta sebagai penghasil berita palsu terbanyak di internet.
Situs itu sebelumnya menyebarkan banyak berita palsu dan menyesatkan. Seperti teori-teori konspirasi anti-vaksin dan klaim tidak benar mengenai penembakan massal Las Vegas tahun 2017.
Media yang dikuasai pemerintah Rusia dan Kremlin memiliki sejarah menyebarkan klaim tanpa dasar mengenai penjualan organ di Ukraina.
Pada akhir Juni lalu rudal Rusia menewaskan delapan orang di pusat Kota Kramatorsk, timur Ukraina. Tidak lama setelah serangan itu sebuah akun Twitter centang biru yang mengaku sumber berita yang sah, mengklaim serangan itu diluncurkan Ukraina dan mengenai barak militer yang menampung pasukan NATO dan tentara bayaran di Ukraina.
"Lintasan rudal Storm Shadow tiba-tiba berubah arah secara drastis, mengenai Kramatorsk melenyapkan barak-barak militer Ukraina yang menampung tentara asing dan tentara bayaran," cicit akun tersebut.
Unggahan itu dilihat jutaan orang. Tidak ada bukti pasukan Ukraina bertanggung jawab atas serangan itu atau ada barak militer yang terkena tembakan.
Unggahan yang mengklaim Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy "membatalkan" pemilihan umum juga viral. Pengguna menggunakan wawancara Zelenskyy dengan BBC akhir Juni lalu. Saat ditanya apakah akan ada pemilu di Ukraina tahun depan.
"Bila kami memenangkan (perang) maka akan ada, artinya tidak ada darurat militer, tidak ada perang, berdasarkan undang-undang pemilihan umum harus digelar di masa damai, ketika tidak ada perang," kata Zelenskyy.
Mantan pembawa berita Fox News Tucker Carlson mengomentari pernyataan itu. Dalam acaranya di Twitter, ia mengatakan pernyataan Zelenskky membuktikan presiden itu ingin mengakhiri demokrasi di Ukraina. Akun centang biru membagikan unggahan dengan tema serupa.
Konstitusi Ukraina melarang pembubaran parlemen dan pemilihan umum di masa darurat militer. Artinya presiden dan parlemen selama perang tidak akan berubah sampai darurat militer berakhir.
Baru-baru ini Sekretaris Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional Ukraina Oleksii Danilov mengkonfirmasi konstitusi Ukraina, "tidak ada pemilihan umum" saat darurat militer berlaku di negara itu.
Twitter menolak memberikan komentar mengenai unggahan-unggahan palsu dan menyesatkan akun-akun centang biru.