Selasa 11 Jul 2023 07:19 WIB

Kemenangan Sayap Kanan di Kota Jerman Timur Sejak Era Nazi Timbulkan Kekhawatiran

Warga yang menentang AfD tidak mau lagi menyuarakan kritiknya secara terbuka

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Para delegasi memberikan suara dalam kongres Partai Alternative for Germany (AfD)
Foto:

Pemimpin Thuringia AfD Bjorn Hocke mendukung pandangan revisionis tentang masa lalu Nazi Jerman. Pada 2018, dia menyebut peringatan Holocaust di Berlin sebagai monumen rasa malu dan menyerukan Jerman untuk melakukan putaran 180 derajat dalam hal mengingat masa lalunya.

Pada awal 1930-an, Thuringia adalah salah satu basis kekuatan pertama National Socialist Party pimpinan Adolf Hitler. Saat ini, AfD menarik terutama bagi orang-orang di negara bagian timur yang sebelumnya komunis dan kurang makmur, seperti Thuringia.

Anggota parlemen negara bagian dari partai Kiri di Thuringia Katharina Konig-Preuss menyatakan, pandemi virus korona, perang Rusia di Ukraina, dan masuknya ratusan ribu pengungsi Ukraina ke Jerman juga berkontribusi pada kesuksesan AfD. Partai tersebut telah menyalahkan banyak masalah hanya pada imigran atau pemerintah nasional.

“Saya akan mengatakan bahwa banyak dari narasi rasis ini, yang sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan, sekarang telah menjadi bagian yang lebih besar dari populasi Jerman Timur,” kata salah satu kritikus AfD dan telah menerima beberapa ancaman pembunuhan.

AfD pertama kali masuk ke parlemen nasional pada 2017 setelah kampanye anti-migran sebagai tanggapan atas kedatangan massal pengungsi di Eropa. Setelah berusia satu dekade, partai tersebut telah melakukan pemungutan suara pada tingkat rekor secara nasional dengan antara 18 persen hingga 20 persen.

Tapi, Kanselir Jerman Olaf Scholz mencoba mengecilkan kebangkitan populis sayap kanan baru-baru ini. “Jerman telah menjadi negara demokrasi yang kuat untuk waktu yang lama, sejak Perang Dunia II,” kata Scholz di Berlin pekan lalu setelah ditanya tindakan yang dilakukan untuk mencegah kebangkitan fasisme 77 tahun sejak kematian Hitler.

Masa itu adalah pemerintahan Nazi Jerman yang menyebabkan pembunuhan enam juta orang Yahudi Eropa dan lainnya. Lebih dari 60 juta orang meninggal dalam Perang Dunia II.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement