Selasa 11 Jul 2023 20:14 WIB

AS Beri Hibah Studi Pembangunan Kabel Bawah Laut Wilayah Terpencil RI

Kabel bawah laut itu akan menghubungkan Batam, Jakarta dan Manado.

Kabel bawah laut (ilustrasi).
Foto: istimewa
Kabel bawah laut (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Perdagangan dan Pengembangan Amerika Serikat (US Trade and Development Agency/USTDA) memberikan hibah studi kelayakan guna mendukung pembangunan sistem kabel serat optik bawah laut untuk menambah kapasitas internet pita lebar kritis daerah terpencil/tertinggal di Indonesia. Hibah diberikan kepada PT Super Sistem Data (Super Sistem) yang kemudian memilih APTelecom yang berbasis di Florida, AS, sebagai mitra untuk melakukan penelitian.

"Kemitraan ini akan mendorong salah satu tujuan utama pembangunan ekonomi dan konektivitas di Indonesia. Meningkatkan akses ke konektivitas yang terjangkau merupakan prioritas bagi USTDA di Indonesia dan negara-negara mitra lainnya di seluruh dunia," kata Direktur USTDA Enoh T Ebong lewat keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (11/7/2023).

Baca Juga

Proyek pembangunan sistem kabel yang diberi nama Barat Timur Indonesia (BTI) itu akan menghubungkan Batam, Jakarta dan Manado; mencakup tujuh stasiun pendaratan; dan memiliki panjang gabungan lebih dari 4.700 kilometer. Adapun studi kelayakan ini akan menyediakan Super Sistem dengan analisis, desain dan rencana yang diperlukan untuk mengimplementasikan sistem kabel.

"Sistem Kabel BTI merupakan bukti komitmen kami terhadap Indonesia yang terhubung dan makmur. Sistem Kabel BTI kami lebih dari sekadar upaya memperluas jaringan yang sudah ada. Ini merupakan lompatan maju yang signifikan dalam hal kapasitas, keandalan dan jangkauan,? ujar Direktur Utama Super Sistem Kelvan Firman.

Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y Kim dalam kesempatan yang sama mengungkapkan kemitraan antara dua perusahaan diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dengan menyediakan kapasitas dan kemampuan untuk mengakses internet secara aman.

"Seperti yang kita ketahui, kabel bawah laut adalah tulang punggung infrastruktur internet global kita. Di Indonesia, kabel ini memainkan peran penting dalam menghubungkan satu pulau dengan pulau-pulau lainnya dan dengan seluruh dunia," kata Dubes Sung Y Kim.

Sedangkan Founder dan CEO APTelecom Eric Handa menilai permintaan akan data di Indonesia terus meningkat. "Banyak operator terkemuka dunia, layanan media over-the-top, dan pemain jaringan pengiriman konten mencari cara yang lebih baik untuk melayani pasar Indonesia," katanya.

Dukungan USTDA terhadap proyek ini juga diharapkan dapat memajukan Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global (Partnership for Global Infrastructure and Investment/PGII) dan Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (Indo-Pacific Economic Framework/IPEF) yang bertujuan mengembangkan, memperluas, dan menerapkan infrastruktur digital yang aman untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memfasilitasi masyarakat digital yang terbuka.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement