REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Polisi menduga ISIS menjadi dalang serangan bunuh diri selama pertemuan partai konservatif Jamiat Ulema-e-Islam (JUI-F) di pinggiran Khar di distrik Bajaur pada Ahad (30/7/2023). Nizam Salarzai, seorang jurnalis di outlet berita independen The Khorasan Diary, mengatakan, JUI-F telah diserang oleh kelompok ISIS dalam dua tahun terakhir.
Salarzai mengatakan, jika ISIS mengklaim sebagai kelompok yang bertanggung jawab atas serangan itu, maka Pakistan harus berperang di berbagai front untuk mencegah serangan serupa di masa depan. Karena ISIS juga memiliki masalah dengan Taliban.
“Mereka (ISIS) juga memiliki masalah dengan Taliban Afghanistan dan siapa pun yang menyetujui sentimen Taliban,” kata Salarzai kepada Aljazirah.
Ketua regional JUI-F, Abdul Rasheed mengatakan, serangan itu merupakan upaya untuk menyingkirkan JUI-F sebelum pemilihan parlemen pada November. Rasheed mengatakan taktik seperti itu tidak akan berhasil.
“Banyak rekan kami yang kehilangan nyawa dan banyak lagi yang terluka dalam insiden ini. Saya akan meminta pemerintah federal dan provinsi untuk menyelidiki sepenuhnya insiden ini dan memberikan kompensasi dan fasilitas medis kepada yang terkena dampak,” kata Rasheed.
Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif mengutuk keras insiden bom bunuh diri itu. Sharif juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para korban, termasuk pemimpin JUI-F, Ziaullah Jan, yang dipastikan tewas dalam serangan itu.
Menteri Luar Negeri Pakistan, Bilawal Bhutto Zardari menyatakan kesedihan mendalam atas serangan bom yang menewaskan 44 orang dan melukai 200 orang lainnya. Dia menambahkan, para teroris, fasilitator dan perencana perlu dihilangkan sehingga ada perdamaian. Sementara Menteri Dalam Negeri, Marriyum Aurangzeb mengatakan, terorisme harus dihilangkan dari Pakistan untuk perdamaian.
“Mengakhiri terorisme sangat penting untuk kelangsungan hidup dan integritas Pakistan,” ujar Aurangzeb.
Serangan bom bunuh diri itu adalah salah satu dari empat serangan terburuk di Pakistan barat laut sejak 2014 ketika 147 orang, kebanyakan anak sekolah, tewas dalam serangan Taliban di sebuah sekolah yang dikelola tentara di Peshawar. Pada Januari, 74 orang tewas dalam pemboman di sebuah masjid di Peshawar.
Kemudian pada Februari, lebih dari 100 orang yang sebagian besar polisi, tewas dalam pemboman di sebuah masjid di dalam kompleks markas polisi Peshawar. Kelompok bersenjata Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), yang dikenal sebagai Taliban Pakistan dan terkait dengan Taliban di Afghanistan, mengklaim tidak terlibat dalam pemboman itu.
TTP telah melancarkan pemberontakan terhadap Pakistan selama lebih dari satu dekade. Mereka menuntut pemberlakuan hukum Islam, pembebasan anggota kunci yang ditangkap oleh pemerintah, dan penggabungan wilayah kesukuan Pakistan dengan Provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Juru bicara Taliban Afghanistan, Zabiullah Mujahid mengecam insiden bom bunuh diri itu.
“Kejahatan semacam itu tidak dapat dibenarkan dengan cara apa pun,” kata Mujahid dalam sebuah pesan di platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.