REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN – Paus Fransiskus meminta Rusia agar bersedia bergabung kembali dengan kesepakatan koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI). Pemimpin gereja Katolik itu menilai, BSGI masih dibutuhkan untuk mengangkut gandum dan komoditas biji-bijian lainnya dengan aman.
“Saya menyerukan kepada saudara-saudara saya, pihak berwenang di Federasi Rusia, untuk membangun kembali inisiatif Laut Hitam sehingga gandum dapat diangkut dengan aman,” kata Paus Fransiskus dalam doa Angelus mingguannya, Ahad (30/7/2023).
“Kami terus berdoa untuk martir Ukraina, di mana perang menghancurkan segalanya, termasuk gandum, yang merupakan pelanggaran besar bagi Tuhan karena gandum adalah karunia-Nya untuk memberi makan umat manusia. Dan tangisan jutaan saudara dan saudari kita yang menderita kelaparan terangkat ke langit,” tambah Paus Fransiskus.
Selain Cina dan negara-negara Afrika, Vatikan juga pernah berupaya terlibat untuk membantu penyelesaian konflik Rusia-Ukraina. Paus Fransiskus telah berulang kali menyerukan perdamaian di Ukraina. Dalam beberapa kesempatan, dia pun melayangkan kritik keras kepada Rusia ketika serangan mereka memakan korban sipil di Ukraina.
Pada Maret lalu, Paus Fransiskus mengajukan penawaran agar dapat berkunjung ke Moskow. Dia ingin terlibat langsung dengan Rusia untuk memprakarsai perundingan damai. Namun Kremlin menolak tawaran kunjungan Paus Fransiskus.
Rusia telah menolak memperpanjang masa aktif BSGI yang berakhir pada 18 Juli 2023 lalu. Ketika memutuskan keluar dari perjanjian itu, Moskow menyatakan tak lagi menjamin keamanan di Laut Hitam.
Alasan utama Rusia menolak memperpanjang BSGI adalah karena ia merasa ketentuan terkait kepentingan Rusia dalam kesepakatan itu tidak dilaksanakan. Tuntutan terkait penyambungan kembali Bank Pertanian Rusia (Rosselkhozbank) ke sistem pembayaran SWIFT, misalnya, belum direalisasikan. Sanksi Barat yang menyebabkan komoditas pertanian dan pupuk Rusia tak bisa memasuki pasar global juga tak kunjung dicabut.
Alasan lain mengapa Rusia enggan memperpanjang BSGI adalah karena ia merasa kesepakatan tersebut sudah melenceng dari tujuan awal, yakni untuk memperlancar pengiriman komoditas pangan ke negara-negara miskin dan membutuhkan seperti di Afrika. Namun Moskow menilai Ukraina secara terang-terangan “mengomersialkan” BSGI dan mengirim produk pertaniannya ke negara-negara maju, terutama Eropa. Sejak BSGI diberlakukan, lebih dari 32 juta ton kargo diekspor dari pelabuhan-pelabuhan Ukraina.
Masa aktif BSGI telah diperpanjang tiga kali, yakni pada November 2022, serta Maret dan Mei 2023. Pelabuhan-pelabuhan Ukraina di Laut Hitam diblokade setelah Rusia melancarkan agresi ke negara tersebut pada Februari 2022 lalu. Pada Juli 2022, Rusia dan Ukraina dengan bantuan mediasi Turki serta PBB menyepakati BSGI. Kesepakatan tersebut diteken di tengah kekhawatiran terjadinya krisis pangan global akibat konflik Rusia-Ukraina.
Lewat BSGI, Moskow memberikan akses bagi Ukraina untuk mengekspor komoditas pertaniannya lewat tiga pelabuhannya di Laut Hitam. Sebagai gantinya, Moskow meminta operasi ekspor pertaniannya, termasuk pupuk, dibebaskan dari sanksi Barat. Rusia telah beberapa kali menyampaikan bahwa bagian dalam BSGI terkait pembebasan ekspor komoditas pertaniannya dari sanksi belum terealisasi. Hal itu menjadi salah satu faktor Moskow ingin keluar dari BSGI.