Rabu 02 Aug 2023 12:36 WIB

Pentagon: Impor Senjata dari Korut Bukti Rusia Hadapi Kesulitan

Korea Utara kemungkinan mengirimkan senjata kepada Rusia.

Juru Bicara Pentagon Brigadir Jenderal Pat Ryder menilai transaksi senjata antara Korea Utara dan Rusia menunjukkan Rusia tengah menghadapi situasi mengerikan
Foto: AP Photo/Carolyn Kaster
Juru Bicara Pentagon Brigadir Jenderal Pat Ryder menilai transaksi senjata antara Korea Utara dan Rusia menunjukkan Rusia tengah menghadapi situasi mengerikan

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Juru Bicara Pentagon Brigadir Jenderal Pat Ryder menilai transaksi senjata antara Korea Utara dan Rusia menunjukkan Rusia tengah menghadapi situasi mengerikan di tengah perang melawan Ukraina. Ryder menanggapi laporan yang menyatakan Korea Utara kemungkinan mengirimkan senjata kepada Rusia.

"Rusia mempertahankan hubungan dengan Korea Utara," kata Ryder dalam jumpa pers harian ketika ditanya tentang kemungkinan kedua negara berdagang senjata, Selasa (1/8/2023)

Baca Juga

Financial Times sebelumnya melaporkan bahwa pasukan Ukraina menggunakan roket Korea Utara yang disita dari sebuah kapal yang menunjukkan Pyongyang dan Moskow mungkin bertransaksi senjata.

"Tentu saja, sebelum ini kami sudah mencermati Rusia berusaha  mendapatkan amunisi dari negara-negara seperti Korea Utara," ujar Ryder.

"Saya belum bisa memberikan informasi baru apa pun di luar apa yang telah kami katakan sebelumnya tentang topik ini. Tapi, sekali lagi, hal ini menyingkapkan kesulitan yang dihadapi Rusia terkait upayanya dalam memasok dan memperbarui kapabilitas amunisinya."

AS sebelumnya menuding Korea Utara memasok amunisi untuk tentara bayaran Rusia, Wagner Group, guna dipakai di Ukraina, padahal resolusi Dewan Keamanan PBB melarang negara mana pun berdagang senjata dengan Korea Utara.

Ryder mengaku belum bisa memberikan informasi terbaru ketika ditanya soal prajurit Travis King, anggota dinas aktif AS yang ditempatkan di Korea Selatan  yang bulan lalu melintasi perbatasan dua Korea untuk masuk Korea Utara.

Namun, dia bisa memastikan Korea Utara telah merespons Komando PBB (UNC), dengan merujuk "pengakuan" Korea Utara bahwa mereka menerima penyelidikan UNC terhadap King.

"Yang ingin saya sampaikan kepada Anda adalah, seperti yang Anda dengar dari yang kami katakan sebelumnya, Komando PBB telah berkomunikasi atau menyediakan jalur komunikasi melalui saluran komunikasi yang aman," kata dia.

Mengenai KTT tiga pihak antara Presiden AS Joe Biden, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, dia mengatakan, AS akan terus bekerja sama dengan dua sekutu paling setianya itu guna mewujudkan perdamaian dan stabilitas Indo-Pasifik.

KTT trilateral tersebut akan digelar di Camp David pada 18 Agustus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement