REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Korea Utara (Korut) belum memberikan tanggapan yang berarti terhadap permintaan dari Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNC), untuk mengonfirmasi keselamatan seorang prajurit Amerika Serikat (AS) di dalam tahanannya, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS pada Rabu (2/8/2023).
Selain itu, Pyongyang juga masih belum menanggapi permintaan konfirmasi serupa dari AS, menurut juru bicara Deplu AS Matthew Miller. Pernyataannya muncul setelah juru bicara Departemen Pertahanan AS mengatakan bahwa Korut telah menanggapi permintaan UNC untuk mengonfirmasi keberadaan prajurit Travis King, yang melintasi perbatasan antar-Korea menuju Korut pada 18 Juli.
"Saya kira... itu adalah panggilan ke Komando PBB di zona demiliterisasi yang terjadi dalam 48 jam terakhir," kata Miller dalam jumpa pers harian.
"Itu bukan panggilan yang penting. Panggilan itu adalah panggilan pengakuan," tambahnya. "Itu tidak penting, dan karena itu tidak penting, kami tentu tidak menganggapnya sebagai kemajuan."
Tak lama setelah prajurit AS menyeberang ke Korut pekan lalu, juru bicara Deplu AS mengatakan bahwa AS memiliki "sejumlah saluran diplomatik" yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan Korut.
"Pendekatan yang kami lakukan ke Korut melalui saluran diplomatik masih belum dijawab," kata Miller dalam jumpa pers tersebut.
Ketika ditanya tentang penarikan diri Korut dari Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (NPT) 20 tahun lalu pada 2003, juru bicara itu menyerukan Pyongyang untuk menghentikan "upayanya untuk terus mengembangkan teknologi rudal balistik dan senjata nuklir."
"Seperti yang telah kami jelaskan sejak awal pemerintahan ini, bahwa kami terbuka untuk melakukan pembicaraan. Kami akan menyambut perundingan dengan Korut tentang isu ini, tetapi mereka menolak untuk terlibat secara sungguh-sungguh dengan kami," kata Miller.