REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pengunjuk rasa Greenpeace menutupi rumah pribadi Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dengan kain hitam pada Kamis (3/8/2023). Aksi ini sebagai kampanye melawan kebijakan pemerintahan Sunak tentang pengeboran minyak.
Empat pengunjuk rasa naik ke atap rumah pribadi Sunak di Yorkshire, Inggris utara dengan menggunakan tangga. Para aktivis menghabiskan waktu selama lima jam untuk menutup rumah pribadi Sunak dengan kain hitam yang dijulurkan dari atap.
Sunak tidak ada di Inggris. Dia dan keuarganya sedang berlibur ke Kalifornia, Amerika Serikat. Polisi telah menangkap lima pengunjuk rasa.
Greenpeace UK pada Kamis mengunggah foto para aktivis iklim di depan kediaman pribadi Sunak. Mereka membentangkan spanduk bertuliskan "Rishi Sunak - Keuntungan Minyak Atau Masa Depan Kita?".
Peter Walker, mantan wakil kepala polisi di kepolisian North Yorkshire, mengatakan kepada radio LBC bahwa aksi para aktivis itu adalah pelanggaran keamanan besar. Greenpeace mengatakan, mereka bertindak secara berhati-hati dan memastikan tidak ada orang di dalam rumah itu ketika menjalankan aksinya.
Protes terpisah juga terjadi di luar kediaman dan kantor resmi Downing Street pada Kamis. Pada 2019, Inggris menetapkan target emisi karbon nol bersih 2050 dan dengan cepat membangun kapasitas energi terbarukan. Tetapi invasi Rusia ke Ukraina telah mengalihkan sorotan pada keamanan energi.
Pemerintah pada Senin (31/7/2023) berkomitmen untuk memberikan ratusan lisensi untuk ekstraksi minyak dan gas Laut Utara sebagai bagian dari upaya untuk menjadi lebih mandiri dalam energi. Pemerintah juga menyetujui tambang batu bara.
Jajak pendapat oleh YouGov yang dirilis pada Rabu (2/8/2023) menunjukkan 67 persen responden menganggap pemerintah menangani masalah lingkungan dengan buruk. Beberapa orang di partai Konservatif Sunak khawatir atas kemunduran perdana menteri atas komitmennya terhadap masalah lingkungan.
Sunak menepis tuduhan bahwa dia tidak lagi peduli dengan isu lingkungan. Sunak mengatakan, Inggris telah melakukan pekerjaan yang lebih baik daripada negara besar lainnya dalam mengurangi emisi karbon.
"Kami tidak meminta maaf karena mengambil pendekatan yang tepat untuk memastikan keamanan energi kami, menggunakan sumber daya yang kami miliki di sini sehingga kami tidak pernah bergantung pada agresor seperti (Presiden Rusia Vladimir) Putin untuk energi kami," kata seorang sumber di kantor Sunak.