Selasa 08 Aug 2023 20:26 WIB

Cara Jitu Pengusaha Muslim Tangkal Islamofobia di Swedia

Cokelat dan obrolan ramah jadi senjata untuk menangkal Islamofobia di Swedia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Muslim Swedia
Foto: Youtube
Muslim Swedia

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Di pantai berpasir yang dilanda hujan di daerah pinggiran ibu kota Swedia, seorang pengusaha asal Libya, Husam El Gomati dengan lembut meletakkan tangannya di lengan seorang pemuda yang penuh amarah. Pemuda itu meneriaki seorang wanita yang hendak melakukan pembakaran Alquran dengan penjagaan polisi yang ketat.

“Kamu benar, kamu benar,” kata El Gomati dengan suara menenangkan.

Baca Juga

Pria itu meneriaki seorang wanita yang berada di belakang barisan polisi Swedia. Pria itu memohon kepada wanita tersebut agar tidak membakar Alquran.

Wanita itu adalah seorang pengungsi Iran. Dia mengenakan jaket hitam dengan topi bisbol bermerek Coca-Cola berwarna merah cerah, dan memegang kitab suci di atas serangkaian batang kayu yang terbakar. Wanita tersebut menertawakan pria yang meneriakinya sambil menyobek halaman-halaman Alquran dan mencoret-coretnya dengan bolpoin.

Pria itu marah dan mengatakan bahwa polisi jangan hanya berdiam diri dan melindungi seorang penista agama. Sebaliknya, polisi harus melakukan pekerjaan menghentikan kejahatan. 

El Gomati berbicara kepada pria yang bersangkutan dengan lembut dalam bahasa Arab. Setelah yakin bahwa situasinya tidak memburuk, pria itu pergi meninggalkan lokasi pembakaran Alquran.

El Gomati memutuskan untuk hadir di setiap aksi penistaan Alquran. Dia ingin memastikan bahwa setiap anggota komunitas Muslim tetap tenang dalam menghadapi provokasi, dan tidak terbawa dalam narasi Islamofobia.

Selama beberapa bulan terakhir, umat Muslim menghadapi serangkaian pembakaran Alquran di Swedia. El Gomati dan beberapa anggota komunitas Muslim lainnya telah mengambil keputusan untuk mengalihkan pandangan dari para agitator yang berusaha menarik perhatian dengan membakar Alquran. Sebaliknya, mereka fokus pada keterlibatan dalam dialog ramah dengan media, pengamat dan polisi.

Pembakaran Alquran diizinkan berdasarkan undang-undang kebebasan berbicara di Swedia. Tindakan tercela ini memicu kemarahan di negara-negara Muslim yang menuntut Pemerintah Swedia menghentikan insiden tersebut.

Pada Juni terjadi pembakaran Alquran di depan sebuah masjid di Stockholm, yang bertepatan pada hari raya Idul Adha. Ketika itu El Gomati dan beberapa temannya berada di antara kerumunan orang yang menyaksikan pembakaran Alquran tersebut. Dia bersama teman-temannya membagikan cokelat mahal kepada kerumunan orang sambil menyapa dan mengobrak dengan ramah.

El Gomati terlihat tertawa dan bercanda dengan orang-orang yang berkerumun di lokasi pembakaran Alquran. Obrolan hangat inti telah mengalihkan fokus orang-orang itu dari retorika provokatif yang diserukan oleh pelaku pembakar Alquran, Salwan Momika melalui megaphone.

“Sangat sulit untuk menolak cokelat," gurau El Gomati.

“Ini menenangkan beberapa orang yang marah karena saya menunjukkan tanggapan lain kepada mereka dengan bersikap sangat baik, dan menurut saya ini jauh lebih kuat dan lebih efektif daripada menunjukkan kebencian atau menunjukkan agresivitas," ujar El Gomati, dilaporkan Aljazirah, Selasa (8/8/2023).

El Gomati mengakui tidak ada yang menyenangkan dari berjalan-jalan di sekitar Stockholm pada hari liburnya untuk menyaksikan pembakaran Alquran. “Saya tidak terlalu senang, bangun di hari libur saya untuk pergi dan mencoba menenangkan orang,” katanya.  

El Gomati menambahkan, sikap tenang itu penting. Karena beberapa orang, terutama di kelompok sayap kanan akan senang melihat tanggapan yang keras.

El Gomati mengatakan, minoritas Muslim Swedia menghadapi tekanan besar dari beberapa arah yang berbeda.

Unsur-unsur sistem politik mendorong Islamofobia, dan kantong-kantong media Swedia telah menyoroti stereotip Muslim yang sangat negatif. El Gomati mengatakan, orang Swedia sebagai salah satu masyarakat sekuler tidak bisa memahami bobot yang dirasakan komunitas agama mana pun dari tindakan membakar kitab suci.

"Jika Anda melihat negara-negara lain di Eropa atau Timur Tengah, atau di Amerika Serikat, ada tingkat pemahaman seputar hubungan antara individu dan kitab suci mereka yang tidak dapat dipahami oleh orang Swedia pada umumnya," ujar El Gomati.

Namun, tekanan terhadap komunitas Muslim Swedia juga muncul dari Muslim di luar negeri. El Gomati mengatakan, banyak temannya di luar Swedia mengharapkan lebih banyak tindakan keras untuk melawan penistaan Alquran. Namun El Gomati memilih untuk menghadapinya dengan cara yang ramah.

El Gomati  menyukai solusi yang berpusat pada penggunaan sistem hukum yang ada di Swedia untuk mengubah peraturan terkait larangan penistaan kitab suci. Dia tidak ingin memaksakan keputusan politik berdasarkan protes yang sangat keras. Menurutnya taktik ini cenderung tidak berhasil di Swedia. Banyak orang Swedia takut komunitas Muslim ingin mengubah masyarakat Swedia dengan melarang pembakaran Alquran.

“Kami hanya ingin ruang kami, dan kami ingin nilai-nilai kami dihormati seperti kami menghormati nilai-nilai lain, dan kami menghormati kelompok orang lain di masyarakat ini," kata El Gomati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement