Rabu 09 Aug 2023 21:47 WIB

Data Kepolisian Irlandia Utara tidak Sengaja Tersebar ke Publik

Federasi Polisi mengatakan, data petugas sangat sensitif di Irlandia Utara.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
 Polisi membuat barikade untuk memisahkan dua kelompok yang terlibat dalam aksi kerusuhan di Belfast, Irlandia Utara. ilustrasi
Foto: AP/Peter Morrison
Polisi membuat barikade untuk memisahkan dua kelompok yang terlibat dalam aksi kerusuhan di Belfast, Irlandia Utara. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BELFAST -- Kepolisian Irlandia Utara secara tidak sengaja membagikan nama dan lokasi kerja setiap anggota staf pada Selasa (8/8/2023). Ini adalah pelanggaran data yang menjadi keprihatinan bersama.

Nama keluarga, inisial, lokasi kerja, dan departemen dari setiap anggota staf kepolisian dibeberkan ke publik. Informasi tersebut tersedia untuk umum di situs web selama sekitar dua setengah jam sebelum dihapus.

Baca Juga

"Saat ini tidak ada yang menunjukkan kekhawatiran langsung terhadap keamanan individu," kata Asisten Kepala Polisi, Chris Todd dalam konferensi pers.

Federasi Polisi untuk Irlandia Utara mengatakan, data petugas sangat sensitif di Irlandia Utara. Oleh karena itu banyak yang berusaha keras untuk melindungi identitasnya sebagai polisi. "Itu terbatas pada nama belakang dan inisial saja, tetapi itu akan tetap menjadi perhatian signifikan bagi banyak rekan saya, dan kami akan memastikan bahwa kami akan melakukan segala upaya untuk mengurangi risiko keamanan apa pun," kata Todd.

Badan intelijen MI5 Inggris meningkatkan tingkat ancaman di Irlandia Utara dari terorisme domestik. Langkah ini berlangsung setelah seorang perwira yang sedang tidak bertugas terluka parah pada Februari menyusul serangan senjata oleh IRA baru, salah satu kelompok kecil militan yang menentang perdamaian.

Sementara kesepakatan damai pada 1998 sebagian besar mengakhiri tiga dekade kekerasan sektarian di Irlandia Utara. Petugas polisi secara sporadis masih menjadi sasaran kelompok pembangkang dalam serangan bom dan senjata.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement