REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel menolak masuknya orang Yahudi asal Iran karena dicurigai melakukan spionase, Jumat (11/8/2023). Dia diduga melakukan kontak dengan pejabat keamanan di Teheran.
Pengunjung itu tiba di Tel Aviv dengan pesawat pada Kamis (10/8/2023) malam. Namun, menurut laporan Anadolu Agency dia telah ditahan oleh Badan Intelijen Internal Israel atau Shin Bet di Bandara Ben Gurion.
Penahan ini dilakukan karena kecurigaan pengunjung itu berkomunikasi dengan organisasi keamanan di Iran. "Peristiwa ini merupakan bagian dari upaya luas Iran untuk mendirikan spionase dan teror di Israel, di samping pengaruh dalam jaringan untuk memperluas kesenjangan sosial," ujar laporan Jerusalem Post mengutip Shin Bet.
Setelah diinterogasi, orang Yahudi Iran itu dikirim kembali ke negaranya. Laporan tersebut mengatakan, selama interogasi, pengunjung tersebut mengaku datang ke Israel untuk mengumpulkan informasi.
Sebelum datang ke Israel, tersangka bertemu dengan pejabat keamanan Iran dan menerima kotak tisu yang ditujukan untuk membuang peralatan kamera, ponsel, pengisi daya ponsel, dan uang.
Dia pun mencoba mengambil foto untuk melayani organisasi keamanan di Iran. Dia diduga telah menerima instruksi dan perlengkapan khusus untuk melaksanakan tugas yang diberikan.
Shin Bet engkau, bersama dengan mitranya dalam sistem keamanan bekerja sepanjang waktu dan akan terus bekerja dengan tegas untuk mendeteksi dan menggagalkan upaya Iran. Pekan lalu, Shin Bet mengungkap kampanye phishing yang dilakukan oleh pejabat Iran yang bertujuan untuk mengumpulkan intelijen tentang kebijakan dan warga negara Israel.
Penangkapan terbaru itu hanya beberapa hari setelah dua perempuan Israel dan seorang pria dibebaskan di Pengadilan Distrik Yerusalem. Mereka diduga memberikan informasi dan keterlibatan dengan seorang mata-mata Iran yang diduga menghubungi mereka melalui Facebook dan WhatsApp.