REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China menggelar latihan militer di sekitar Taiwan pada Sabtu (19/8/2023). Kegiatan ini sebagai peringatan serius atas kunjungan Wakil Presiden Taiwan William Lai ke Amerika Serikat (AS).
Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) mengatakan dalam sebuah pernyataan singkat bahwa mereka sedang melakukan patroli kesiapan tempur angkatan laut dan udara bersama di sekitar pulau itu.
Sebanyak 26 pesawat China melintasi garis median Selat Taiwan selebar 100 km atau area di luar setiap ujung garis. Selama beberapa dekade, garis tersebut berfungsi sebagai penghalang tidak resmi antara kedua militer.
PLA mengungkapkan, latihan bersama ini berfokus pada koordinasi kapal-pesawat, merebut kendali, dan latihan antikapal selam di utara dan barat daya Taiwan. Kegiatan itu untuk menguji kemampuan tempur aktual pasukan tersebut. "Ini adalah peringatan serius terhadap pasukan separatis kemerdekaan Taiwan yang berkolusi dengan kekuatan eksternal untuk memprovokasi," katanya.
Pasukan China merilis rekaman video yang konon diambil pada Sabtu. Dalam rekaman itu menunjukkan jet tempur J-16 dan J-10 dan kapal perusak angkatan laut sedang berpatroli.
Dalam teks yang menyertai rekaman itu dengan musik orkestra yang menggelegar bahwa latihan itu untuk menguji kemampuan tempur sebenarnya dari operasi gabungan pasukan di teater.
Peralatan yang dikerahkan termasuk kapal perusak, fregat, dan kapal rudal serang cepat, serta pesawat tempur, peringatan dini, hingga jamming. Pasukan melakukan pengepungan segala arah pulau.
Pemerintah Taiwan mengutuk keras latihan itu. Kementerian Pertahanan mengatakan, itu memiliki kemampuan, tekad, dan kepercayaan diri untuk memastikan keamanan nasional. Dewan Urusan Daratan yang membuat kebijakan China Taiwan telah mendesak China untuk menghentikan intimidasinya.
Badan itu menyarankan untuk memulai pembicaraan. Rakyat Taiwan bertekad untuk membela diri dan tidak akan pernah menyerah pada ancaman kekuatan.
"Republik China Taiwan adalah negara berdaulat dan memiliki hak yang sah dan sah untuk melakukan interaksi diplomatik yang normal dengan negara-negara sahabat," ujar lembaga itu dalam sebuah pernyataan menggunakan nama resmi Taiwan.
Lai merupakan kandidat terdepan untuk menjadi presiden Taiwan dalam pemilihan pada Januari. Dia kembali seusai kunjungan dari AS, meski secara resmi hanya singgah dalam perjalanan ke dan dari Paraguay.