Senin 21 Aug 2023 06:15 WIB

KTT Dihadiri Jokowi, Pertanyaan Potensi Indonesia Gabung BRICS Bergulir Kembali

Indonesia telah sering dilaporkan berminat untuk bergabung dengan BRICS.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Presiden Jokowi saat memberikan keterangan pers di Bandara Internasional Kualanamu, sebelum bertolak ke Afrika, Ahad (20/8/2023).
Foto:

Isu dedolarisasi

Selain ekspansi anggota, penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan antarnegara anggota menjadi salah satu topik yang akan dikupas lebih mendalam di KTT BRICS. “Perdagangan menggunakan mata uang lokal menjadi agenda utama (KTT BRICS),” ungkap Duta Besar Afsel untuk BRICS Anil Sooklal dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg, Senin (14/8/2023).

Kendati demikian, Sooklal menekankan BRICS tak memiliki agenda untuk mendorong dedolarisasi, yakni penyingkiran dolar AS sebagai alat pembayaran utama dalam transaksi perdagangan internasional. “BRICS tidak menyerukan dedolarisasi. Dolar (AS) akan terus menjadi mata uang global utama, itulah kenyataannya,” ucapnya.

Dia mengatakan, saat ini sedang berkembang narasi yang menyebut bahwa BRICS anti-Barat dan dibentuk untuk menyaingi G7, yakni organisasi beranggotakan negara-negara maju. “Itu tidak benar,” ujar Sooklal.

Sooklal menekankan BRICS memiliki tujuan mempromosikan negara-negara berkembang dan enggan bersaing dengan kelompok atau blok mana pun. “Apa yang kami upayakan adalah memajukan agenda Global South dan membangun arsitektur global yang lebih inklusif, representatif, dan adil,” katanya.

Meski Sooklal telah menyatakan BRICS tak memiliki agenda dedolarisasi, kelima negara anggota BRICS sedang berusaha melakukan lebih banyak perdagangan menggunakan mata uang mereka sendiri. Hal itu dipandang sebagai upaya BRICS memperoleh lebih banyak pengaruh global dan mengimbangi dominasi AS.

The New Development Bank (NDB), pemberi pinjaman yang dibuat BRICS, telah menargetkan sepertiga dari pinjamannya dalam mata uang domestik pada 2026. Bulan lalu, Chief Financial Officer NDB Leslie Maasdorp mengatakan, penggunaan mata uang bersama untuk “melawan” dolar AS merupakan ambisi jangka menengah hingga panjang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement