Selasa 29 Aug 2023 09:11 WIB

Pohon Berumur 100 Tahun Terancam Hilang Akibat Proyek Pembangunan Tokyo

Rencana ini mendapatkan pertentangan dari masyarakat Tokyo.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Pohon, ilustrasi
Pohon, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Miho Nakashima berdiri dengan pakaian renang di Tokyo samping pohon gingko berusia 100 tahun pada akhir pekan. Tubuhnya dicat dari kepala hingga ujung kaki dengan dedaunan hijau dan cabang coklat.

Pesan Nakashima jelas dan mengulanginya sambil berdiri di jantung kawasan taman Jingu Gaien. Pesan yang disampaikannya terancam oleh sengketa rencana pengembangan real estate.

Baca Juga

“Aku adalah pohon. Jangan tebas aku," ujar Nakashima.

Nakashima menyatakan, perusahaan-perusahaan pengembang mencoba menebang lebih banyak pohon dan membuat kawasan bisnis menjadi besar. “Taman ini memiliki sejarah yang sangat panjang dan harus diselamatkan," ujarnya sambil melukiskan daun di pipinya.

Sebuah rencana yang disetujui awal tahun ini oleh Gubernur Tokyo Yuriko Koike akan memungkinkan para pengembang yang dipimpin oleh Mitsui Fudosan membangun sepasang gedung pencakar langit setinggi 200 meter di Jingu Gaien. Proyek ini mengharuskan mereka menebang pohon di salah satu dari sedikit kawasan hijau Tokyo.

Pengembang pun perlu merobohkan dan membangun kembali tempat rugbi bersejarah dan stadion bisbol yang bersebelahan. Namun, rencana ini mendapatkan pertentangan, termasuk Takayuki Nakamura.

Nakamura bersama ratusan orang berkumpul untuk melakukan protes pada akhir pekan. Mereka menempelkan wajahnya ke kulit pohon dan berdoa.

Area yang digusur kali ini 100 tahun yang lalu dikhususkan untuk menghormati Kaisar Meiji Jepang. “Saya ingin mengapresiasi keberadaan pohon-pohon ini. Kadang-kadang saya bisa merasakan beberapa suara di dalam,” kata Nakamura.

Pembangunan kembali yang direncanakan akan memakan waktu lebih dari satu dekade untuk diselesaikan. Proses itu pun telah menarik tuntutan hukum dengan meningkatnya tentangan dari para pelestari lingkungan, kelompok masyarakat, penduduk lokal, dan penggemar olahraga.

Sebanyak 18 pohon ginkgo di belakang stadion rugby kemungkinan besar akan ditebang. Titik konfliknya adalah pepohonan, ruang hijau, dan siapa yang menguasai area publik yang telah dirambah selama bertahun-tahun.

Hal yang menjadi permasalahan adalah nasib lebih dari 100 pohon gingko yang berjejer di sepanjang jalan di area tersebut. Pepohonan ini menghasilkan rangkaian warna-warni dedaunan yang berguguran setiap musim gugur. Ahli botani mengatakan, konstruksi apa pun pasti menyebabkan kerusakan.

Kritikus mengatakan, rencana tersebut telah gagal meskipun ada penilaian lingkungan. Pengembang real estat mengambil lahan yang dimaksudkan sebagai lahan publik dan mengubahnya menjadi usaha komersial swasta.

Novelis terkenal Jepang Haruki Murakami menentang rencana tersebut. Komposer dan musisi Ryuichi Sakamoto mengirimkan surat terbuka kepada Koike yang mencemooh rencana tersebut hanya beberapa hari sebelum kematiannya pada tanggal 28 Maret.

Proyek ini menyoroti hubungan antara para aktor utama, gubernur, Mitsui Fudosan, dan Meiji Jingu yang merupakan sebuah organisasi keagamaan yang memiliki sebagian besar lahan yang akan dibangun kembali. “Pembangunan kembali taman tersebut jelas merupakan isu publik,” kata ilmuwan politik di Sophia University Koichi Nakano awal tahun ini.

“Pada saat yang sama, mereka (politisi) dapat mengklaim bahwa itu adalah keputusan pribadi organisasi keagamaan dan pengembang," ujarnya.

Tapi, Nakano menjelaskan, Jingu Gaien juga merupakan taman umum dengan fasilitas olahraga, sehingga politisi dapat ikut campur dalam pengambilan keputusan. "Hal ini menghasilkan hubungan yang nyaman dan mungkin bersifat kolusi di antara orang dalam yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada publik," katanya.

Sekitar 1.500 pohon ditebang di area yang sama untuk membangun stadion senilai 1,4 miliar dolar AS untuk Olimpiade Tokyo. Menjadi tuan rumah Olimpiade juga memungkinkan kota tersebut mengubah undang-undang zonasi, yang mungkin mengizinkan pengembang untuk merambah lebih lanjut kawasan taman.

“Ini seperti membangun gedung pencakar langit di tengah Central Park di New York,” kata profesor emeritus di University of Tokyo Mikiko Ishikawa.

Pengembang beralasan kedua fasilitas olahraga tersebut tidak bisa direnovasi dan harus diratakan. Namun, Stadion Koshien dekat Kobe yang dibangun pada 1924 telah direnovasi selama 15 tahun terakhir.

sumber : AP
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement