REPUBLIKA.CO.ID, NICE -- Militer Prancis pada Jumat (1/9/2023) menyatakan siap membalas jika ketegangan baru di Niger menargetkan fasilitas militer dan diplomatik negaranya dalam konflik yang melanda negara Afrika Barat itu.
"Militer Prancis siap sedia merespons peningkatan kembali ketegangan yang mungkin menargetkan fasilitas militer dan diplomati Prancis di Niger," kata pernyataan Staf Umum Militer Prancis kepada Anadolu Agency.
Di tengah ketegangan yang meningkat dalam beberapa pekan menyusul penggulingan Presiden Niger Mohamed Bazoum yang terpilih secara demokratis, Kementerian Luar Negeri pemerintah militer pekan lalu memberikan waktu 48 jam kepada Duta Besar Prancis Sylvain Itte untuk 'meninggalkan wilayah Niger.'
Dubes Itte menolak mematuhi perintah itu dan tetap berada di posnya, yang merupakan suatu langka yang dipuji oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron. Otoritas militer Niger kemudian memerintahkan pengusiran terhadap Dubes Itte pada Kamis dalam surat yang dialamatkan kepada Kementerian Luar Negeri Prancis.
Itte “tidak lagi mendapatkan hak istimewa dan kekebalan yang melekat pada statusnya sebagai anggota staf diplomatik kedutaan,” kata administrasi militer Niger.
Niger terperosok dalam ketidakpastian politik sejak 26 Juli ketika Jenderal Abdourahamane Tchiani, mantan komandan pasukan pengawal presiden Niger, memimpin intervensi militer yang menggulingkan Presiden Bazoum.