Kamis 07 Sep 2023 20:34 WIB

AS Beri Ukraina Senjata Uranium, Rusia Menyebutnya Tindakan Kriminal 

AS sediakan depleted uranium untuk amunisi tank Abrams.

Menlu AS Antony Blinken (kanan) bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kiev, Rabu (6/9/2023).
Foto:

AS menggunakan depleted uranium munitions secara masif pada 1990 dan 2003 saat mereka mengobarkan Perang Teluk. NATO menggunakannya pada 1999 ketika mereka melakukan pengeboman wilayah bekas Yugoslavia.

International Atomic Energy Agency mengatakan, studi di negara bekas Yugoslavia, Kuwait, Irak, dan Lebanon mengindikasikan residu depleted uranium yang menyebar di lingkungan tak memiliki bahaya radiologi ke penduduk yang wilayahnya terdampak. 

Namun, bagi Ukraina, material radio aktif yang masif ini akan menambah pekerjaan setelah perang usai. Beberapa bagian negara telah dipenuhi bom-bom kecil dari bom tandan yang tak meledak, demikian pula dengan ranjau serta amunisi lain.

Sergei Ryabkov juga menegaskan kembali mengenai risiko perang nuklir karena kian kerasnya tekanan Barat terhadap Moskow hingga saat ini. "Tekanan ini berbahaya bisa memicu konflik langsung negara berkekuatan nuklir."

Selama ini Rusia menuding Barat menggunakan Ukraina untuk melakukan perang proksi sebagai startegi mengalahkan Moskow. AS dan sekutunya menegaskan, mempersenjatai Ukraina agar mereka bisa mempertahankan diri melawan Rusia. 

Selain itu, agar Ukraina mampu merebut kembali wilayah yang berhasil dikuasai Rusia dalam perang selama 18 bulan. Soal nuklir, Ryabkov menyatakan, pengiriman senjata nuklir taktis ke Belarusia dilakukan sesuai jadwal. Ini bagian dari upaya melawan Barat.

"Beberapa tahapan telah selesai dalam artian membuat infrastruktur yang memadai dan membuat perlengkapan standar untuk membawa senjata nuklir ke Belarusia," kata Ryabkov. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement