Sedangkan pihak lainnya, menyanjungnya sebagai langkah pemerintah menegakkan sekularisme. ‘’Negara ini punya masalah dengan Islam. Saya katakan dengan jelas dan setiap orang tahu itu,’’ kata pengguna X yang menyebut dirinya Mehdi.
Pengguna X lainnya, Hassen Hammou mempertanyakan keputusan Pemerintah Prancis melarang hijab, ini membuat olahraga tak bisa diakses oleh atlet Muslim khususnya perempuan. ‘’Demokratisasi olahraga artinya membuatnya bisa diakses semua orang.’’
Pendukung larangan hijab di olahraga mendorong keputusan pemerintah itu dijalankan. Setiap atlet, menurut mereka, harus mengikuti aturan. Pengguna media sosial lainnya menyatakan, tak menerima di olahraga akan membuat masyarakat menolak
‘’Jika tak menerima aturan sekularisme hari ini, besok-besok akan menolak aturan olahraga juga,’’ kata pengguna X, Paule Adda. Sejumlah atlet dari negara lain ada yang mengenakan hijab sebab Komite Olimpiade Internasional mengizinkannya.
Mereka juga tak mengategorikan hijab simbol agama melainkan simbol budaya. Sejak 2014, FIFA mengizinkan pemain mengenakan hijab. Pada Juli, pada piala dunia sepak bola perempuan, pemain bertahan Maroko, Nouhaila Benzina menjadi yang pertama mengenakan hijab.
Tahun lalu, sekelompok pemain bola yang dikenal “Les Hijabeuses,” melobi Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) untuk membatalkan larang pemakaian hijab. Mereka bertemu dengan pejabat FFF dan menggelar aksi massa di markas FFF.