REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA – Sebanyak 120 bangkai lumba-lumba air tawar ditemukan mengambang di anak sungai Amazon selama sepekan terakhir. Mereka diduga mati karena naiknya suhu sungai akibat sengatan panas.
“Kami telah mendokumentasikan 120 bangkai dalam sepekan terakhir,” kata Miriam Marmontel, peneliti di lembaga lingkungan Mamiraua yang berfokus pada wilayah sungai pertengahan Solimoes, Senin (2/10/2023).
Setidaknya 70 bangkai lumba-lumba muncul ke permukaan pada Kamis (28/9/2023) pekan lalu ketika suhu air Danau Tefé mencapai 39 derajat Celcius. Suhu tersebut 10 derajat lebih tinggi dari rata-rata sepanjang tahun ini. Suhu air sempat menurun, tapi kemudian naik lagi menjadi 37 derajat Celcius pada Ahad (1/10/2023).
Di tengah bau menyengat dari bangkai lumba-lumba yang telah membusuk, para ahli biologi serta ahli lainnya, dengan mengenakan pakaian pelindung diri dan masker, melanjutkan proses pengambilan bangkai mamalia tersebut dari danau pada Senin (2/10/2023). Mereka hendak melakukan autopsi untuk menentukan secara lebih tepat penyebab kematian lumba-lumba terkait.
Miriam Marmontel mengungkapkan, sekitar delapan dari setiap 10 bangkai adalah lumba-lumba merah muda atau biasa disebut “botos” di Brasil. Lumba-lumba botos yang mati mewakili 10 persen dari populasi mereka di Danau Tefé. “Sepuluh persen adalah persentase kehilangan yang sangat tinggi, dan kemungkinan peningkatannya dapat mengancam kelangsungan hidup spesies di Danau Tefé,” kata Marmontel.
Botos dan lumba-lumba sungai abu-abu yang disebut “tucuxi” termasuk dalam daftar merah spesies terancam oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam. Lumba-lumba sungai Amazon, sebagian besar berwarna merah jambu mencolok, adalah spesies air tawar unik yang hanya ditemukan di sungai-sungai Amerika Selatan. Mereka merupakan salah satu dari segelintir spesies lumba-lumba air tawar yang tersisa di dunia. Siklus reproduksi yang lambat membuat populasi mereka sangat rentan terhadap ancaman.
Terkait penemuan bangkai lumba-lumba selama sepekan terakhir, Institut Konservasi Keanekaragaman Hayati Chico Mendes di Brasil telah mengerahkan dokter hewan dan ahli mamalia air untuk menyelamatkan lumba-lumba yang masih hidup di Danau Tefé. Mereka tidak dapat dipindahkan ke perairan sungai yang lebih dingin sampai para peneliti mengesampingkan penyebab bakteriologis dari kematian tersebut.
Para peneliti yakin, rendahnya permukaan sungai selama kekeringan parah telah memanaskan air hingga mencapai suhu yang tidak dapat ditoleransi oleh lumba-lumba. Ribuan ikan baru-baru ini mati di sungai Amazon karena kekurangan oksigen di dalam air.
Kendati demikian, para ilmuwan belum mengetahui secara pasti apakah kekeringan dan panas merupakan penyebab meningkatnya kematian lumba-lumba. Mereka berupaya menyingkirkan penyebab lain, misalnya infeksi bakteri yang bisa membunuh lumba-lumba di danau yang terbentuk di tepi Sungai Tefé sebelum mengalir ke Amazon.
Para aktivis lingkungan menyalahkan kondisi yang berlangsung di anak sungai Amazon pada perubahan iklim. Menurut mereka, hal itu membuat kekeringan dan gelombang panas lebih mungkin terjadi dan parah. Peran pemanasan global dalam kekeringan di Amazon saat ini masih belum jelas, dan faktor-faktor lain seperti El Nino juga ikut berperan.