Rabu 04 Oct 2023 09:15 WIB

Prancis akan Kirim Peralatan Militer ke Armenia

Prancis menolak memberikan rincian atas pengiriman peralatan militer ke Armenia

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri Prancis, Catherine Colonna mengatakan, Paris setuju untuk mengirimkan peralatan militer ke Armenia.
Foto: AP Photo/Aziz Karimov
Menteri Luar Negeri Prancis, Catherine Colonna mengatakan, Paris setuju untuk mengirimkan peralatan militer ke Armenia.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Luar Negeri Prancis, Catherine Colonna mengatakan, Paris setuju untuk mengirimkan peralatan militer ke Armenia. Colonna melakukan perjalanan ke Armenia setelah pasukan Azerbaijan bulan lalu melakukan operasi di wilayah Nagorno-Karabakh.

“Prancis telah memberikan persetujuannya terhadap penyelesaian kontrak masa depan dengan Armenia yang akan memungkinkan pengiriman peralatan militer ke Armenia sehingga dapat menjamin pertahanannya,” kata Colonna, dilaporkan Al Arabiya, Rabu (4/10/2023).

Baca Juga

Colonna menolak memberikan rincian atas pengiriman peralatan militer ke Armenia. “Saya tidak bisa memberikan banyak detail.  Jika saya harus melangkah lebih jauh, ketahuilah bahwa ada hal-hal yang telah disepakati antara Armenia dan Prancis dan sedang dalam proses,” kata Colonna.

Prancis memiliki diaspora Armenia yang besar. Secara tradisional Prancis membantu menengahi sengketa wilayah yang telah berlangsung selama puluhan tahun antara Armenia dan Azerbaijan mengenai wilayah Nagorno-Karabakh.

Pasukan Azerbaijan menguasai Nagorno-Karabakh, sebuah daerah kantong di wilayahnya yang dihuni oleh etnis Armenia, dalam operasi kilat bulan lalu. Operasi militer ini memicu eksodus lebih dari 100.000 warga Armenia dalam waktu kurang dari seminggu. Armenia menuduh Azerbaijan melakukan pembersihan etnis. Namun tuduhan ini dibantah oleh Azerbaijan.

Azerbaijan menegaskan, orang-orang Armenia di  Nagorno-Karabkah dipersilakan untuk tetap tinggal di wilayah tersebut. Azerbaijan juga menegaskan tidak berniat menyerang Armenia.

Pejabat senior Uni Eropa mengutuk tindakan Azerbaijan. Namun sejauh ini Uni Eropa hanya mengambil sedikit tindakan nyata dalam menanggapi krisis tersebut, selain mengalokasikan bantuan kemanusiaan.

Para diplomat mengatakan, anggota Uni Eropa sedang berjuang untuk menemukan konsensus.  Beberapa negara, seperti Perancis dan Belanda, ingin setidaknya mempertimbangkan tindakan keras. Sementara negara lain seperti Hongaria dan Rumania enggan menggunakan kekerasan.

Upaya Uni Eropa untuk mendapatkan respons menjadi rumit karena mereka bergantung pada minyak dan gas Azerbaijan. Uni Eropa mengalihkan impor energi dari Rusia ke Azerbaijan akibat perang Moskow di Ukraina.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mengunjungi Azerbaijan tahun lalu untuk menandatangani nota kesepahaman di bidang energi. Von der Leyen menyatakan, Azerbaijan sebagai mitra penting Uni Eropa.

Rusia Kritik Langkah Armenia Gabung Mahkamah Pidana Internasional

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement