REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris memperingatkan bahwa Rusia mungkin menggunakan ranjau laut terhadap pelayaran sipil di Laut Hitam, termasuk dengan menempatkan ranjau tersebut di dekat pelabuhan Ukraina. Tuduhan ini berasal dari sumber intelijen yang diterima oleh London.
Kantor luar negeri Inggris mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Rabu (4/10/2023), bahwa penilaian intelijen mengindikasikan bahwa Rusia sedang mempertimbangkan penggunaan ranjau laut. Tindakan itu untuk menghalangi kapal-kapal sipil melakukan perjalanan melalui koridor kemanusiaan yang didirikan oleh Ukraina untuk memfasilitasi ekspor biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitam.
“Rusia hampir pasti ingin menghindari penenggelaman kapal sipil secara terbuka, dan malah menyalahkan Ukraina atas setiap serangan terhadap kapal sipil di Laut Hitam,” kata Kementerian Luar Negeri Inggris dalam sebuah pernyataan dikutip dari Aljazirah.
Peringatan itu muncul ketika Angkatan Laut Ukraina mengatakan, 12 kapal kargo siap memasuki koridor pelayaran Laut Hitam dalam perjalanan ke pelabuhan Ukraina. Hal ini merupakan peningkatan signifikan dalam lalu lintas maritim ke Ukraina yang bertentangan dengan blokade de facto Rusia terhadap pelabuhan laut negara tersebut.
“Dengan merilis penilaian kami terhadap intelijen ini, Inggris berupaya mengungkap taktik Rusia untuk mencegah terjadinya insiden serupa,” ujar Kementerian Luar Negeri Inggris merujuk pada penenggelaman kapal.
Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly mengatakan, dunia sedang menyaksikan peristiwa yang terjadi di Laut Hitam. "Upaya sinis Rusia untuk menyalahkan Ukraina atas serangan mereka," katanya.
Rusia menarik diri dari perjanjian yang memungkinkan Ukraina mengirimkan produk makanan dengan aman melalui Laut Hitam pada Juli. Laut Hitam secara tradisional merupakan koridor ekspor utama Ukraina. Moskow kemudian mengumumkan bahwa kapal-kapal di sekitar pelabuhan Laut Hitam Ukraina akan dianggap sebagai pendukung potensial upaya perang dan pihak yang terlibat dalam konflik di Kiev.
Rusia juga meningkatkan serangan udara terhadap pelabuhan-pelabuhan Ukraina dengan drone dan serangan rudal yang sejauh ini telah merusak 130 fasilitas infrastruktur. Serangan itu menghancurkan hampir 300 ribu ton biji-bijian atau sama dengan porsi makan lebih dari satu juta orang selama setahun.
Ukraina menanggapinya dengan mendirikan koridor kemanusiaan sementara di Laut Hitam bagi kapal-kapal kargo yang bersedia mengambil risiko melakukan perjalanan ke pelabuhan-pelabuhannya. Beberapa kapal pun telah menggunakan rute tersebut.
Juru bicara Angkatan Laut Ukraina Dmytro Pletenchuk mengatakan pada Rabu, bahwa lebih dari 20 kapal sedang bersiap untuk keluar dan memasuki pelabuhan laut Ukraina. “Total untuk masuk koridor baru ada 12, dan keluar 10. Itu sampai sekarang,” katanya.
Pletenchuk mengatakan, pasukan pertahanan Ukraina melakukan segalanya untuk menjamin keselamatan kapal-kapal sipil di perairan teritorial Ukraina. Kapal-kapal tersebut juga bergerak menuju perairan Rumania, Bulgaria, dan Turki, yang semuanya merupakan negara anggota NATO.
Sekitar tujuh kapal baru telah memasuki perairan Ukraina dalam beberapa hari terakhir. Mereka akan mengirimkan setidaknya 127 ribu ton biji-bijian asal Ukraina ke luar negeri. Ukraina juga meningkatkan ekspor dari pelabuhannya di Sungai Danube ke Rumania dan seterusnya melalui jalan darat ke pasar internasional.
Sejak berakhirnya perjanjian biji-bijian, serangan Ukraina terhadap armada Laut Hitam Rusia di semenanjung Krimea yang dianeksasi dan kota pelabuhan Sevastopol telah meningkat.
Lembaga Think-tank asal Amerika Serikat Institute for the Study of War (ISW) melaporkan, serangan di Sevastopol kemungkinan besar menjadi penyebab Rusia baru-baru ini memindahkan kapal armada Laut Hitam dari Krimea ke pelabuhan Rusia Novorossiysk di wilayah Krasnodar Krai Rusia. Citra satelit antara 1 hingga 3 Oktober menunjukkan bahwa Rusia telah memindahkan 10 kapal ke Novorossiysk dari Sevastopol.
Bulan lalu, Inggris menuduh Rusia berusaha menyerang kapal kargo sipil di sebuah pelabuhan di Laut Hitam pada 24 Agustus dalam serangan rudal yang menurut mereka berhasil digagalkan oleh sistem pertahanan udara Ukraina. London juga mengatakan, bahwa pihaknya bekerja sama dengan Kiev dan mitra lainnya untuk meningkatkan keselamatan pelayaran dan menggunakan kemampuan intelijen, pengawasan, dan pengintaian untuk memantau aktivitas Moskow di Laut Hitam.