REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Banjir yang dipicu hujan lebat di wilayah selatan Myanmar menyebabkan lebih dari 10 ribu orang mengungsi. Bencana itu pun mengganggu lalu lintas di jalur kereta api yang menghubungkan kota-kota terbesar di Myanmar.
Seorang pejabat senior di Kementerian Kesejahteraan Sosial, Bantuan, dan Permukiman Kembali Lay Shwe Zin Oo mengatakan, curah hujan yang terus-menerus dimulai pekan lalu menyebabkan banjir di daerah dataran rendah di ibu kota Bago.
Zin Oo mengatakan, sejauh ini tidak ada korban jiwa yang dilaporkan, tetapi lebih dari 10 ribu orang harus meninggalkan rumah. Wilayah Bago, menurut Departemen Meteorologi Myanmar pada Ahad (8/10/2023), mencatat curah hujan sebesar 200 milimeter, tingkat tertinggi dalam 59 tahun.
Hujan atau hujan petir diperkirakan terjadi di seluruh negeri hingga Senin (9/10/2023) malam. Salah satu pemimpin tim penyelamat darurat di Bago mengatakan, kedalaman banjir setidaknya 2,44 meter di daerah dataran rendah dan semeter di pusat kota.
“Hampir seluruh wilayah kota terendam banjir,” kata ketua Mizzima Thukha Charity Foundation Zin Maung.
Menurut Zin Maung, kondisi kali ini merupakan banjir ketiga di kota ini hanya 2023 saja dan menjadi terburuk dalam beberapa tahun terakhir. "Semua biara di kota telah membuka kamp bantuan. Organisasi-organisasi amal mengevakuasi orang-orang dari daerah dataran rendah sebanyak yang mereka bisa," ujarnya.
Seorang warga Pan Hlaing di Bago berusia 55 tahun mengatakan, kedalaman air banjir sekitar satu meter lebih di lingkungannya. Kondisi itu membuat anggota keluarganya tinggal di lantai dua dan tiga rumah mereka. Dia mengatakan, air masih terus meningkat di lingkungannya yang belum pernah mengalami banjir parah sebelumnya.
Pejabat Kementerian Kesejahteraan Sosial Lay Shwe Zin Oo mengatakan, orang-orang berlindung di 32 kamp bantuan, sekolah, dan biara Buddha di Bago. Sementara pihak berwenang menyediakan makanan, air minum dan bantuan penting lainnya.
Laporan di surat kabar Myanmar Alinn yang dikelola pemerintah mengatakan pada Senin, kereta api yang berangkat dari Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu di Myanmar tengah, dan dari kota Mawlamyine di selatan dihentikan dalam perjalanan. Jadwal keberangkatan dari Yangon dibatalkan setelah jalur kereta api dibanjiri oleh derasnya aliran air dari aliran air pegunungan serta tumpahan dari bendungan di wilayah Bago.
Myanmar Alinn juga menyatakan, beberapa lingkungan di kotapraja Kyaikto di negara bagian Mon selatan dibanjiri oleh air dari aliran air pegunungan. Sebanyak 555 orang di wilayah itu berlindung di tiga kamp bantuan pada Ahad.
Myanmar mengalami cuaca ekstrem hampir setiap tahun selama musim hujan. Pada 2008, Topan Nargis membunuh lebih dari 138 ribu orang. Pada Juli hingga Agustus tahun ini, banjir di Negara Bagian Mon, Kayin, dan Rakhine serta wilayah Bago dan Magway menewaskan lima orang dan membuat sekitar 60 ribu orang mengungsi.