REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ribuan warga Palestina melarikan diri dari wilayah utara Jalur Gaza pada Sabtu (14/10/2023). Israel menggempur daerah itu dengan lebih banyak serangan udara dan mengklaim akan membuat dua jalan tetap terbuka untuk biarkan orang-orang melarikan diri.
Israel telah memberi batas waktu kepada seluruh penduduk di bagian utara Jalur Gaza untuk pindah ke selatan hingga Sabtu. Mereka mengklaim akan menjamin keselamatan warga Palestina yang meninggalkan wilayah tersebut melalui dua jalan utama hingga pukul 16:00 waktu setempat.
“Di sekitar Jalur Gaza, tentara cadangan Israel dalam formasi bersiap-siap untuk operasi tahap berikutnya,” kata juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Jonathan Conricus dalam video briefing pada Sabtu pagi.
“Mereka ada di seluruh Jalur Gaza, di selatan, di tengah dan di utara, dan mereka mempersiapkan diri untuk target apa pun yang mereka dapatkan, tugas apa pun," ujarnya.
Sedangkan Hamas telah meminta masyarakat untuk tidak pergi. Kelompok yang memimpin wilayah Gaza itu mengatakan, dua jalan yang dijanjikan Israel untuk dibuka tidak aman.
Puluhan orang meninggal dalam serangan terhadap mobil dan truk yang membawa pengungsi pada Jumat (13/10/2023), tetapi laporan ini tidak dapat diverifikasi secara independen oleh Reuters. Israel mengatakan Hamas mencegah orang-orang meninggalkan wilayah kantung itu untuk menggunakan sebagai tameng hidup tetapi klaim tersebut dibantah oleh Hamas.
Lingkungan Tel Al-Hawa di Kota Gaza, bagian dari wilayah yang diperintahkan Israel untuk dievakuasi, pesawat-pesawat tempur mengebom daerah perumahan pada malam hari, menghantam beberapa rumah. Ratusan penduduk di daerah tersebut mengungsi di rumah sakit Quds terdekat dan berencana untuk bergabung dengan mereka yang melarikan diri ke selatan pada pagi hari.
"Kami mengalami malam yang mengerikan. Israel menghukum kami karena tidak ingin meninggalkan rumah kami. Apakah ada kebrutalan yang lebih buruk dari ini?" kata seorang ayah tiga anak dari rumah sakit, menolak menyebutkan namanya karena takut akan pembalasan.
“Saya tidak akan pernah pergi, saya lebih memilih mati dan tidak pergi, namun saya tidak bisa melihat anak-anak istri saya meninggal di depan mata saya. Kami tidak berdaya," ujarnya
Sedangkan di Khan Younis, di Jalur Gaza selatan, pesawat Israel menghantam gedung empat lantai. Serangan itu membunuh dan melukai beberapa orang. Para tetangga bergegas menyelamatkan orang-orang yang terjebak di reruntuhan.
"Ini adalah genosida, bukan perang, ini genosida. Dan ini adalah upaya untuk menggusur masyarakat Jalur Gaza, tapi ini tidak akan terjadi," kata tetangganya, Mohammad Sadeq.
“Para martir terjebak di bawah reruntuhan dan sampai sekarang baik kami maupun petugas medis atau pertahanan sipil tidak mampu mengeluarkan mereka," katanya.
Satu-satunya jalan keluar dari Gaza yang tidak berada di bawah kendali Israel adalah pos pemeriksaan dengan Mesir di Rafah. Mesir secara resmi menyatakan wilayahnya terbuka, hanya saja lalu lintas telah dihentikan selama berhari-hari karena serangan Israel di wilayah Palestina.
Sumber keamanan Mesir mengatakan, pihak Mesir sedang diperkuat. Kairo tidak berniat menerima gelombang besar pengungsi Palestina.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan, negara itu sedang bekerja sama dengan para pejabat Mesir, Israel, dan Qatar untuk membuka penyeberangan pada Sabtu malam. Upaya itu untuk membiarkan beberapa orang keluar.
Banyak negara dan badan-badan amal telah mengirimkan pasokan bantuan untuk Gaza ke Mesir. Namun sejauh ini bantuan itu belum mampu dikirim ke Gaza. Israel mengatakan tidak ada yang bisa masuk melalui Rafah tanpa koordinasinya.
Jalur Gaza sudah menjadi salah satu daerah yang paling padat penduduknya di dunia. Perintah evakuasi Israel dinilai oleh banyak pihak tidak masuk akan untuk dilakukan.
Menurut PBB, banyak orang tidak dapat dipindahkan dengan aman ke dalam wilayah kantong yang terkepung tersebut tanpa menimbulkan bencana kemanusiaan. Mereka memperingatkan ancaman penyakit mematikan yang ditularkan melalui air jika tidak ada pengiriman bahan bakar yang mendesak untuk menggerakkan sistem air bersih Gaza.
PBB memperkirakan puluhan ribu warga Palestina menuju ke selatan dari Gaza utara setelah perintah Israel pada Jumat. Tindakan itu menambah jumlah 400 ribu warga Gaza yang sudah mengungsi pada awal pekan ini.
“Kami membutuhkan akses kemanusiaan segera di seluruh Gaza, sehingga kami bisa mendapatkan bahan bakar, makanan dan air untuk semua orang yang membutuhkan. Bahkan perang pun punya aturan,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Jumat.
Hamas telah bersumpah untuk berjuang sampai titik darah penghabisan. Organisasi itu menyatakan, perintah untuk meninggalkan daerah kantong di bagian utara adalah tipuan untuk memaksa warga menyerahkan rumahnya. Masjid-masjid di Kota Gaza telah menyerukan seruan agar umat Muslim tetap tinggal.