REPUBLIKA.CO.ID, RAFAH -- Kesepakatan pembukaan penyeberangan Rafah, yang dijadwalkan pada Senin (16/10/2023) pagi, terhenti. Padahal, ratusan ton bantuan dari beberapa negara telah menunggu di semenanjung Sinai Mesir selama berhari-hari.
Mereka menunggu kesepakatan mengenai pengiriman bantuan yang aman ke Gaza dan melakukan evakuasi beberapa warga pemegang paspor asing melalui penyeberangan Rafah.
Menurut laporan Lembaga nonpemerintah Mesir, Sinai Foundation for Human Rights, terhentinya kesepakatan pembukaan penyeberangan Rafah ini dikarenakan adanya desakan dari pihak Israel untuk memeriksa seluruh truk bantuan kemanusiaan sebelum memasuki Jalur Gaza.
Sinai Foundation for Human Rights menyebut bahwa pihak berwenang Mesir telah mencapai kesepakatan untuk membuka penyeberangan khusus di Rafah mulai Senin pagi untuk warga negara asing yang ingin keluar dari wilayah Jalur Gaza menuju Mesir.
"Pembukaan penyeberangan Rafah dari sisi Mesir sebagai tindakan balasan karena bantuan medis dan makanan diizinkan masuk ke Jalur Gaza," tulis Sinai for Human Rights dalam akun media sosial X @sinaifhr2.
Menurut laporan Sinai Foundation for Human Rights, sebanyak 145 kendaraan bantuan Mesir yang disediakan oleh Aliansi Nasional untuk Pekerjaan Pembangunan Ahli tiba di kota Arish, dan diterima oleh gubernur Sinai Utara. Menurut sumber Sinai Foundation, bantuan tersebut disalurkan ke aula yang tertutup di Stadion Arish, hingga dibukanya penyeberangan Rafah.