REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Israel sedang mengevakuasi ribuan warganya yang tinggal di sepanjang perbatasan utara dengan Lebanon. Evakuasi dilakukan menyusul meningkatnya ketegangan antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon pasca pecahnya pertempuran di Jalur Gaza.
“Implementasi rencana (adalah) untuk mengevakuasi penduduk Israel utara yang tinggal di daerah tersebut hingga dua kilometer dari perbatasan Lebanon ke wisma yang didanai negara,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan pada Senin (16/10/2023), dikutip laman Al Arabiya.
Perintah evakuasi berdampak pada ribuan warga yang tinggal di 28 komunitas di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon. Sebelum ada instruksi evakuasi, sudah banyak warga Israel yang tinggal di dekat perbatasan Lebanon meninggalkan wilayah tersebut. Hal itu karena adanya serangan sporadis oleh kelompok Hizbullah.
Pada Ahad (15/10/2023) lalu, seorang warga sipil dan seorang perwira militer Israel tewas dalam serangan roket dari Lebanon. Militer Israel kemudian melancarkan serangan balasan dengan membidik infrastruktur-infrastruktur milik Hizbullah.
Kendati situasinya sudah dibekap ketegangan, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan, negaranya tidak tertarik membuka front konfrontasi di wilayah utara. “Kami tidak ingin memperburuk situasi,” ujarnya pada Ahad lalu.
“Jika Hizbullah memilih jalur perang, maka konsekuensinya akan sangat berat. Namun jika mereka menahan diri, kami akan menghormati situasi dan menjaga keadaan sebagaimana adanya,” kata Gallant.
Israel dan Lebanon terakhir kali terlibat dalam konflik terbuka pada 2006. Kedua negara secara resmi tetap berperang, dengan penjaga perdamaian PBB berpatroli di perbatasan darat.
Pada Mei 2000, tentara Israel mengumumkan penarikannya dari sebagian besar wilayah Lebanon selatan setelah dua dekade pendudukan. Namun, Israel masih mempertahankan pendudukannya di wilayah kecil yang diklaim oleh Lebanon. Wilayah tersebut dikenal sebagai Perkebunan Shebaa.