REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pembukaan pintu perbatasan perbatasan utama Rafah antara Jalur Gaza yang terkepung dan Mesir "sangat dibutuhkan," PBB mengungkapkan pada Senin (16/10/2023).
Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan sangat penting bahwa bantuan penyelamatan nyawa warga Gaza tetap diizinkan untuk bergerak melalui penyeberangan Rafah tanpa penundaan.
"Diskusi-diskusi itu berlangsung di berbagai tingkatan. Namun tidak ada kemajuan dalam pembukaan penuh. Pembukaan penuh perlintasan sangat dibutuhkan," kata Dujarric kepada para wartawan di markas besar PBB di New York.
"Badan-badan PBB memiliki pasokan yang siap untuk bergerak ke Gaza selatan untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang melonjak. Sangat penting bahwa bantuan yang menyelamatkan jiwa diizinkan untuk bergerak melalui penyeberangan Rafah tanpa penundaan," katanya.
Sebuah pesawat yang membawa bantuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah tiba di al-Arish, sebuah kota di Mesir di Semenanjung Sinai bagian utara dekat Gaza.
Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan pada hari Senin, bahwa sebelumnya pemerintah Israel "belum setuju untuk membuka penyeberangan Rafah. Terutama memperbolehkan akses menuju Gaza untuk memungkinkan masuknya bantuan atau kepergian warga dari negara pihak ketiga."
Menteri luar negeri mengatakan bahwa ia memiliki "harapan untuk terobosan dalam hal ini," dan mencatat bahwa "Mesir telah berusaha sejak awal krisis di Gaza untuk membuat penyeberangan Rafah beroperasi, memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan yang telah terakumulasi di Al-Arish."