REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan, beberapa pengungsi yang berlindung di kompleks gereja telah gugur dan terluka akibat serangan Israel pada Kamis (19/10/2023) malam. Serangan itu menyebabkan sejumlah besar orang menjadi martir dan terluka di kompleks Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius.
Para saksi mata mengatakan, serangan tersebut tampaknya ditujukan pada sasaran yang dekat dengan tempat ibadah. Lokasi itu menjadi tempat penampungan bagi banyak warga Gaza yang mengungsi ketika perang berkecamuk.
Tentara Israel ketika dihubungi mengatakan, mereka sedang memeriksa laporan serangan tersebut. Para saksi mata mengatakan, serangan itu merusak bagian depan gereja dan menyebabkan bangunan di dekatnya runtuh. Banyak orang yang terluka dievakuasi ke rumah sakit.
Saint Porphyrius adalah gereja tertua yang masih digunakan di Gaza. Gereja ini terletak di lingkungan bersejarah kota tersebut. Gereja tersebut tidak jauh dari Rumah Sakit Al-Ahli Baptis yang dibom Israel, dan menyebabkan sedikitnya 471 orang meninggal dunia.
BREAKING: The Church of Saint Porphyrius, which had provided refuge to hundreds, bombed in an Israeli air strike. Reports indicate nearly 40 dead and dozens injured. pic.twitter.com/4GEc44zdMj
— Middle East Eye (@MiddleEastEye) October 20, 2023
Perang Palestina-Israel terbaru dimulai pada Sabtu (7/10/2023) ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa terhadap Israel. Hamas melancarkan serangan mengejutkan dengan menembakkan ribuan roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara. Hamas mengatakan, serangan ini merupakan tanggapan keras atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur oleh pemukim Yahudi, dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina. Israel dibuat kewalahan dengan operasi mendadak Hamas yang menggunakan taktik jenius.
Menanggapi tindakan Hamas, militer Israel melancarkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza. Serangan udara Israel menghancurkan rumah warga sipil Gaza, gedung perkantoran, dan fasilitas publik seperti sekolah. Ribuan warga sipil Gaza, termasuk anak-anak meninggal dunia.
Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung sejak 2007. Pengeboman Israel telah menyebabkan 3.859 warga Palestina meninggal dunia, termasuk ribuan anak-anak.