REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Duta Besar Israel untuk Rusia, Ben Zvi tidak memiliki informasi mengenai kondisi para sandera Hamas. Ia mengatakan dua warga negara AS telah dibebaskan oleh Hamas sebagai hasil dari perundingan antara AS, Qatar, dan sebagainya.
"Sayangnya, kami tidak memiliki data tentang hal ini karena Hamas tidak berbagi informasi tersebut dengan siapa pun, tidak hanya dengan kami. Kami masih menunggu daftar yang mereka janjikan untuk diberikan," ujar Ben Zvi kepada TASS, Ahad (22/10/2023).
Hingga saat ini, kata dia, belum ada yang dipublikasikan. "Kami tidak tahu berapa banyak [sandera yang ditahan Hamas], kami juga tidak tahu bagaimana kondisi mereka," katanya seraya menambahkan bahwa menurut data Israel, Hamas menahan 212 orang yang diculik, mulai dari orang tua hingga anak-anak.
Dia juga mengingatkan bahwa dua warga negara AS telah dibebaskan oleh Hamas. Pembebasan ini, ia mengeklaim, sebagai hasil dari pembicaraan antara AS, Qatar, dan sebagainya.
"Mereka harus membebaskan semua orang yang mereka tahan. Warga sipil tidak boleh disandera, ini merupakan pelanggaran hukum kemanusiaan yang mencolok," katanya menegaskan, sambil berharap bahwa sandera ini harus dibebaskan "tanpa syarat khusus."
Ketegangan berkobar di Timur Tengah setelah militan Hamas dari Jalur Gaza menyerang wilayah Israel. Hamas memandang serangannya sebagai respon terhadap langkah otoritas Israel terhadap Masjid Al-Aqsa di Temple Mount, Yerusalem.
Israel mengumumkan blokade total terhadap Jalur Gaza dan meluncurkan pemboman terhadap daerah kantong tersebut dan beberapa daerah di Lebanon dan Suriah. Bentrokan juga dilaporkan terjadi di Tepi Barat.
Lebih dari 3.400 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 12.000 lainnya terluka. Di Israel, sedikitnya 1.500 orang kehilangan nyawa dan hampir 4.500 lainnya terluka.