REPUBLIKA.CO.ID, RAFAH -- Kelompok perlawanan Palestina, Hamas pada Senin (23/10/2023) membebaskan dua wanita lanjut usia Israel yang disandera di Gaza. Kedua sandera yang dibebaskan, Yocheved Lifshitz (85 tahun) dan Nurit Cooper (79 tahun) dibawa keluar dari Gaza melalui penyeberangan Rafah ke Mesir, dengan ambulans.
Kedua wanita lansia tersebut, bersama suaminya, diculik dari rumah mereka di kibbutz Nir Oz dekat perbatasan Gaza selama serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober di komunitas Israel selatan. Suami mereka, yang berusia 83 dan 84 tahun, tidak dibebaskan.
“Meskipun saya tidak dapat mengungkapkan dengan kata-kata kelegaan bahwa dia sekarang aman, saya akan tetap fokus untuk membebaskan ayah saya dan semua orang yang masih menjadi sandera di Gaza,” kata putri Lifshitz, Sharone Lifschitz dalam sebuah pernyataan.
Lifschitz adalah seorang seniman dan akademisi di London. Pekan lalu, dia mengatakan kepada wartawan bahwa orang tuanya adalah aktivis perdamaian.
Ayahnya kerap berkendara ke perbatasan Gaza untuk membawa warga Palestina ke Yerusalem timur untuk mendapatkan perawatan medis. Dia mengatakan, kebaikan bisa menyelamatkan mereka.
“Saya tumbuh dengan semua cerita Holocaust tentang bagaimana semua nyawa paman saya diselamatkan karena tindakan kebaikan. Apakah saya ingin itu menjadi cerita di sini? Ya," ujar Lifshitz.
Hamas tampaknya tidak menerima apa pun sebagai imbalan atas pembebasan kedua sandera tersebut. Hamas diyakini telah menyandera sekitar 220 orang, termasuk sejumlah warga asing.
Israel telah berjanji untuk menghancurkan Hamas. Namun Hamas yang didukung Iran memperingatkan kemungkinan eskalasi, termasuk menargetkan pasukan AS yang dikerahkan di Timur Tengah, jika serangan darat dilancarkan di Gaza.
AS telah mengatakan kepada Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon dan kelompok lain untuk tidak ikut berperang. Israel dan Hizbullah hampir setiap hari saling baku tembak di perbatasan Israel-Lebanon, dan pesawat tempur Israel telah menyerang sasaran di Tepi Barat, Suriah, dan Lebanon dalam beberapa hari terakhir.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan, ada peningkatan serangan roket dan drone oleh milisi yang didukung Iran terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah. Washington sangat khawatir tentang kemungkinan peningkatan yang signifikan dalam beberapa hari mendatang.
Kirby mengatakan, para pejabat AS sedang melakukan pembicaraan aktif dengan rekan-rekan di Israel mengenai potensi konsekuensi dari peningkatan aksi militer. Washington meminta para pejabat Israel bahwa menunda serangan darat sehingga dapat memberikan lebih banyak waktu bagi AS untuk bekerja sama dengan mediator regional dalam pembebasan lebih banyak sandera.
Tank-tank dan pasukan darat Israel telah berkumpul di perbatasan Gaza. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant mengatakan kepada pasukannya untuk terus mempersiapkan serangan. Dia mengatakan, serangan itu akan merupakan serangan gabungan dari udara, darat dan laut, namun dia tidak memberikan kerangka waktunya.
Serangan darat kemungkinan besar akan meningkatkan jumlah korban secara signifikan di Gaza. Lebih dari 5.000 warga Palestina, termasuk sekitar 2.000 anak di bawah umur dan sekitar 1.100 perempuan dibunuh oleh serangan udara Israel. Jumlah korban meningkat pesat dalam beberapa hari terakhir. Kementerian Kesehatan melaporkan 436 kematian tambahan dalam 24 jam terakhir.