REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Senin (23/10/2023) menyerukan pembebasan tawanan oleh kelompok Palestina Hamas sebelum terlibat dengan diskusi apa pun tentang gencatan senjata di Gaza.
"Kami harus memastikan semua tawanan dibebaskan dan kemudian baru kami bisa berdiskusi," kata Biden pada acara di Gedung Putih saat ditanya apakah dirinya mendukung gencatan senjata dengan imbalan pembebasan tawanan.
Media coverage: "Al Qassam Brigades released a footage showing Nurit Yitzhak and Yocheved Livschitz, the Israeli captives, who have been released today by the resistance for compelling humanitarian reasons after days of #Israel's refusal to receive them." https://t.co/3PQPPVmpMt pic.twitter.com/mxaavvawRs
— Quds News Network (@QudsNen) October 23, 2023
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS juga menegaskan penolakannya terhadap gencatan senjata di Gaza. Mereka berpendapat bahwa aksi tersebut akan memberi Hamas kesempatan untuk bersatu lagi dan bersiap melanjutkan serangan berikutnya terhadap Israel.
"Gencatan senjata apa pun bakal memberikan kemampuan untuk beristirahat, mengembalikan tenaga dan bersiap melanjutkan serangan teroris terhadap Israel," kata Juru Bicara Deplu AS Matthew Miller pada Senin (23/10/2023).
Pekan lalu AS menuai kritikan lantaran memveto Dewan Keamanan PBB yang mengupayakan "jeda kemanusiaan" dalam konflik Israel-Palestina yang sedang berlangsung untuk mengirim bantuan ke Gaza.
Di awal konflik, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pernah menghapus unggahan di media sosial yang menyatakan bahwa dirinya mendukung gencatan senjata antara Hamas dan Israel.
Miller kemudian membela soal penghapusan unggahan di platform X tersebut, mengatakan "sayangnya cuitan itu ditulis dengan kalimat yang kurang tepat."