Kamis 26 Oct 2023 07:33 WIB

Bahan Bakar Hampir Habis, RS di Gaza tidak Beroperasi Penuh

Rumah sakit di Gaza hanya menangani kasus darurat.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Seorang anak yang terluka dalam pemboman Israel menunggu perawatan di lantai Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza, Senin, (23/10/2023).
Foto: AP/Yasser Qudih
Seorang anak yang terluka dalam pemboman Israel menunggu perawatan di lantai Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza, Senin, (23/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pasokan bahan bakar yang semakin menipis menyebabkan rumah sakit di Gaza tidak dapat beroperasi secara penuh. Untuk menghemat bahan bakar yang mungkin hanya dapat bertahan selama beberapa jam mendatang, rumah sakit di Gaza hanya menangani kasus darurat.

Israel memblokir pengiriman bahan bakar ke Gaza, dengan alasan bahan bakar tersebut dapat dicuri dan dieksploitasi oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas untuk tujuan militer. Israel menuduh Hamas menimbun ratusan ribu liter solar.

Baca Juga

Wartawan BBC, Rushdi Abu Alouf, yang bertugas di rumah sakit utama di kota Khan Younis di selatan Gaza, melaporkan, rumah sakit di seluruh wilayah tersebut menutup semua departemen kecuali ruang gawat darurat pada Rabu (25/10/2023). Hal ini untuk menghemat bahan bakar yang dibutuhkan untuk menyalakan peralatan penyelamat jiwa, seperti ventilator, inkubator neonatal, dan mesin dialisis ginjal.

“Rumah sakit berada dalam kondisi hancur total,” kata Kepala Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza, Mohammed Abu Selmeya.

Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Richard Peeperkorn, sebelumnya mengatakan, Rumah Sakit Al-Shifa yang didukung oleh badan PBB tersebut mengoperasikan generator pada tingkat minimum hanya untuk operasi penyelamatan jiwa. Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, yang menjalankan operasi kemanusiaan terbesar di Gaza, mengatakan, mereka harus menghentikan semua operasinya di Gaza pada Rabu malam jika tidak mendapatkan lebih banyak pasokan bahan bakar.

Israel berhenti memasok listrik ke Gaza setelah serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober. Gaza bergantung pada generator cadangan setelah satu-satunya pembangkit listrik di wilayah tersebut kehabisan bahan bakar pada 11 Oktober. Badan-badan bantuan dan petugas medis di Gaza memperingatkan bahwa akan lebih banyak orang yang meninggal jika peralatan penting terhenti tanpa listrik.

Seruan internasional untuk meningkatkan akses kemanusiaan ke Gaza semakin keras. Sebanyak 1,4 juta orang yang meninggalkan rumah mereka berjuang untuk mendapatkan makanan, air bersih, dan tempat berlindung.

Setidaknya 60 truk bantuan telah memasuki Gaza dari Mesir sejak akhir pekan. Namun jumlah tersebut hanya menyediakan sebagian kecil dari kebutuhan masyarakat di Gaza.  Badan-badan bantuan mengatakan setidaknya dibutuhkan 100 truk bantuan setiap hari.

Jumlah korban tewas di Gaza juga meningkat tajam. Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan, 756 orang wafat dalam 24 jam terakhir. Sementara total kematian warga sipil akibat serangan udara Israel mencapai 6.547 orang, termasuk 2.704 anak-anak.

Militer Israel pada Rabu pagi mengatakan, mereka terus melakukan serangan skala besar di Gaza. Mereka menargetkan infrastruktur Hamas, termasuk lubang terowongan, markas militer, gudang senjata, peluncur mortir dan peluncur rudal anti-tank.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement