REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Organisasi nirlaba asal Inggris, Oxfam, mengatakan kelaparan digunakan sebagai senjata perang oleh Israel setelah mereka memutus pasokan makanan, air, listrik, dan bahan bakar ke Gaza. Oxfam menyerukan agar barang-barang penting dapat segera masuk ke Gaza.
Para pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan teejadinya bencana kemanusiaan dan mendesak Israel untuk mengizinkan lebih banyak truk bantuan masuk ke Gaza. Kurang dari 70 truk bantuan telah memasuki wilayah miskin tersebut sejak perang dimulai.
Oxfam mengatakan, hanya dua persen makanan yang akan dikirimkan telah memasuki Gaza sejak pengepungan total. Oxfam mengatakan, dibutuhkan sekitar 104 truk sehari untuk mengirimkan makanan ke Gaza, untuk mengatasi krisis pangan yang mendesak.
“Situasinya sangat mengerikan, di manakah letak kemanusiaan? Jutaan warga sipil dihukum secara kolektif di seluruh dunia, dan tidak ada pembenaran untuk menggunakan kelaparan sebagai senjata perang. Para pemimpin dunia tidak bisa terus berdiam diri dan menonton saja, mereka mempunyai kewajiban untuk bertindak dan bertindak sekarang," ujar Direktur Regional Oxfam untuk Timur Tengah, Sally Abi Khalil, dilaporkan Aljazirah, Rabu (25/10/2023).
“Setiap hari, situasinya semakin buruk. Anak-anak mengalami trauma parah akibat pengeboman yang terus-menerus, air minum mereka tercemar atau dijatah, dan dalam waktu dekat keluarga-keluarga mungkin tidak dapat memberi mereka makan. Berapa banyak lagi penderitaan yang akan dialami warga Gaza?," ujar Khalil menambahkan.
Merujuk pada hukum kemanusiaan internasional, yang melarang kelaparan sebagai metode peperangan, Oxfam mengatakan,, sangat jelas bahwa situasi kemanusiaan yang terjadi di Gaza sesuai dengan larangan yang dikutuk dalam resolusi tersebut.
Oxfam menyerukan Dewan Keamanan PBB (DK PBB) dan negara-negara anggotanya untuk mencegah situasi memburuk dan menuntut gencatan senjata secepatnya sehingga semua makanan, bahan bakar, air, dan pasokan medis dapat dipenuhi.
DK PBB mempertimbangkan usulan dari Amerika Serikat untuk melakukan jeda singkat guna memungkinkan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza. Sementara resolusi Rusia menyerukan gencatan senjata.
Pada Selasa (24/10/2023) badan-badan PBB mendesak agar bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Gaza tanpa hambatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, obat-obatan dan pasokan kesehatan telah dikirim ke tiga rumah sakit rujukan penting di Gaza selatan.