REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Sebuah dokumen yang dikumpulkan oleh Kementerian Intelijen Israel merekomendasikan pemindahan penduduk sipil Gaza ke Semenanjung Sinai Mesir sebagai solusi bagi Jalur Gaza setelah penggulingan penguasa Hamas. Laporan ini diketahui melalui salinan dokumen yang diterbitkan oleh situs Sicha Mekomit.
Dokumen tersebut yang bertanggal 13 Oktober dirancang oleh Kementerian Intelijen Israel. Tahap pertama memaksa warga Palestina keluar dari tanahnya. Kedua, membentuk kota-kota tenda di Sinai, Mesir. Ketiga, hanya membuka koridor kemanusiaan yang menghubungkan Palestina dan Sinai. Terakhir, membangun kota di tanah tak bertuan beberapa kilometer jauhnya di dalam Mesir dan memastikan agar warga Palestina tidak bisa kembali.
Rencana tersebut mencatat kemungkinan adanya masalah dengan legitimasi internasional. Tapi, upaya ini dinilai bisa dilakukan dengan menjadikannya sebagai solusi bagi populasi pengungsi yang mencari perlindungan dari perang. Mereka mengeklaim pemindahan paksa tersebut juga akan menjadi peringatan bagi Hizbullah, mungkin sama seperti yang dilakukan Israel di Lebanon selatan, sebuah wilayah yang sebelumnya diduduki oleh militer Israel dari 1982 hingga 2000.
Dokumen tersebut juga mencakup dua pilihan lain dikutip dari Haaretz. Pilihan tersebut memberikan kendali kepada Otoritas Palestina untuk menjalankan Jalur Gaza atau Israel membentuk “pemerintahan Arab lokal” bagi penduduk Gaza yang tetap tinggal setelah jatuhnya Hamas.
Hanya saja, kedua opsi tersebut telah ditolak karena dianggap bermasalah dengan berbagai alasan. Salah satu alasan yang mendasarinya adalah fakta bahwa hal tersebut tidak akan berfungsi sebagai pencegah dalam menyerang Israel.
Intelijen Israel mengkonfirmasi dokumen rahasia itu...