REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Koridor Kompleks Medis Al-Shifa di pusat Kota Gaza telah diubah menjadi ruang trauma bagi banyak orang yang terluka akibat bom Israel. Beberapa dokter terpaksa melakukan operasi di koridor dan ruangan tanpa obat bius, karena persediaan obat-obatan dan peralatan medis sekali pakai semakin berkurang.
Seorang konsultan ahli bedah, Marwan Abu Saada mengatakan, pemandangan seperti itu sudah menjadi hal yang biasa di rumah sakit di Jalur Gaza dan Kompleks Medis Al-Shifa. Dia mengatakan, tidak ada tempat tidur kosong di ruang rawat inap sehingga pasien yang telah menjalani operasi ditempatkan di koridor rumah sakit.
“Seperti yang Anda lihat, tempat ini menjadi ruang pemulihan pasien karena tidak ada tempat tidur kosong di unit rawat inap. Ini sulit dan berat bagi kami mengingat keadaan saat ini, karena pasien ditinggalkan di koridor setelah menjalani operasi karena terlalu padatnya ruang pemulihan utama," ujar Abu Saada, dilaporkan Middle East Monitor, Rabu (1/11/2023).
Watch: A #Palestinian surgeon working in north #Gaza’s damaged Indonesian hospital says surgeries are being carried out in corridors and that the hospital was running out of fuel for generators.
Read more: https://t.co/xdvLrHYSyv pic.twitter.com/e1H0tZOjHi
— Al Arabiya English (@AlArabiya_Eng) October 31, 2023
Abu Saada mengatakan, RS Al-Shifa berada dalam kapasitas penuh di ruang pemulihan. Lebih dari 800 orang yang terluka terbaring di tempat tidur perawatan, selain itu bangsal bersalin, prematur, dialisis, dan gawat darurat juga dipenuhi pasien.
Kementerian Kesehatan tidak dapat mengeluarkan pasien dari unit gawat darurat karena memburuknya situasi keamanan akibat pengeboman Israel yang sedang berlangsung. Sementara orang-orang yang terluka terus berdatangan ke rumah sakit.
“Ada tekanan besar terhadap tenaga medis, namun tekanan terbesar datang dari kurangnya pasokan, obat-obatan, tempat tidur, peralatan medis sekali pakai, dan peralatan yang diperlukan untuk perawatan intensif. Kehabisan bahan bakar akan menimbulkan bencana besar, terutama bagi pasien yang berada di perawatan intensif, ruang perawatan, dialisis, dan operasi," kata Abu Saada.
Abu Saada menambahkan, bahan bakar akan habis pada Rabu kecuali pasokan diizinkan masuk ke Jalur Gaza. “Jika bahan bakar diblokir, sistem kesehatan di rumah sakit terbesar di Palestina akan gagal, dan kami akan menyebabkan kematian pasien kami secara perlahan," ujar Abu Saada.
Abu Saada mencatat, kekurangan beberapa barang seperti antibiotik mempunyai dampak negatif langsung pada pengobatan. “Luka yang kami lihat cukup serius dan mengandung kotoran, proyektil, dan luka bakar serta memerlukan antibiotik jenis tertentu yang tidak tersedia di pasar lokal atau di rumah sakit," ujarnya.
Abu Saada menyarankan agar pasien dievakuasi ke Mesir, karena kemampuan rumah sakit untuk menerima pasien lain menjadi sangat terbatas. Selama tiga pekan, tentara Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di Jalur Gaza. Bom Israel telah membunuh dan melukai puluhan ribu warga Palestina, kebanyakan dari mereka adalah warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak.