Sabtu 04 Nov 2023 15:15 WIB

Pekerja Gaza: Tentara Israel Memperlakukan Kami Seperti Anjing

Para pekerja Palestina asal Gaza menghadapi pelecehan, penghinaan dari tentara Israel

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Para pekerja Palestina asal Gaza yang ditahan Israel menghadapi pelecehan, penghinaan, dan penyiksaan oleh tentara Israel selama empat pekan terakhir. (foto ilustrasi)
Foto: AP
Para pekerja Palestina asal Gaza yang ditahan Israel menghadapi pelecehan, penghinaan, dan penyiksaan oleh tentara Israel selama empat pekan terakhir. (foto ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Para pekerja Palestina asal Gaza yang ditahan Israel menghadapi pelecehan, penghinaan, dan penyiksaan selama empat pekan terakhir. Mereka ditangkap setelah Hamas melancarkan serangan dan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.

Sekitar 4.500 pekerja asal Gaza diperkirakan berada di Israel ketika Hamas memulai operasi serangannya ke Israel awal bulan lalu. Para warga Gaza itu memiliki izin untuk bekerja di Israel.

Baca Juga

Kendati demikian, pasca serangan Hamas, mereka menjadi target penangkapan pasukan Israel. Dalam operasi 7 Oktober 2023 lalu, Hamas diketahui turut menculik lebih dari 200 orang yang terdiri dari warga Israel dan warga asing.

Sejumlah pekerja asal Gaza yang baru-baru ini dibebaskan Israel menceritakan pengalaman mereka selama ditahan Israel. Mereka mengaku dihina, dilecehkan, dan disiksa.

“Mereka (tentara Israel) mengambil telepon kami. Seorang pria bertanya kepada saya apakah saya ingin minum sesuatu, lalu dia menyiramkan air mendidih ke arah saya,” ujar seorang warga Gaza berusia lansia ketika diwawancara Middle East Eye, Jumat (3/11/2023).

“Mereka memperlakukan kami seperti anjing, mereka menginterogasi kami saat berada di Tel Aviv. Tangan kami diikat ke belakang dan hampir tidak diberi makanan atau minuman apa pun,” tambah warga Gaza yang identitasnya sengaja tak dipublikasikan tersebut.

Pekerja asal Gaza lainnya yang turut diciduk Israel menceritakan hal serupa. Dia mengaku tak diperlakukan secara manusiawi oleh tentara Israel.

“Anak-anak lelaki seusia dengan anak-anak saya menelanjangi kami dan mengencingi kami. Tidak ada yang menyebut kami sebagai pekerja yang ditahan di Israel, tidak juga di Palang Merah; Otoritas Palestina mengkhianati kami, seluruh dunia mengkhianati kami,” ucapnya.

Menurut para pekerja asal Gaza yang sudah dibebaskan, selama ditahan mereka tidak diberi akses terhadap perwakilan hukum. Pekerja kemanusiaan juga dilarang memasuki fasilitas penahanan untuk melakukan penilaian kondisi.

“Kami dianiaya selama 25 hari, sekitar 5.000-6.000 orang ditahan,” ungkap seorang pekerja kepada Aljazirah.

Sejumlah pekerja mengaku diserahkan kepada pasukan Israel oleh majikan mereka. “Kami disiksa, tidak ada yang mengasihani kami. Mereka mengambil uang dan pakaian kami, membiarkan kami telanjang selama tiga hari sambil menyiksa kami. Kami lapar, mereka menendang dan meninju kami, menginjak kepala kami, sampai sekarang saya kesakitan,” ucap seorang pekerja asal Gaza lainnya.

Banyak pekerja mengatakan bahwa mereka terus-menerus diancam ketika ditanyai pertanyaan tentang Hamas. “Beberapa orang diinterogasi. Keadaan mereka paling buruk, mereka digantung dan dipukuli. Mereka bertanya apakah kami mengenal seseorang dari Hamas,” kata seorang pekerja lansia.

“Jelas kami tidak tahu apa-apa (tentang Hamas), kami hanya pekerja,” tambah seorang pekerja lainnya saat menceritakan pengalamannya selama ditahan Israel.

Para pekerja asal Gaza itu mengungkapkan, setelah ditahan, otoritas Israel mencabut izin kerja mereka. Menurut seorang pekerja lansia, setelah dibebaskan, para pekerja diperintahkan untuk pulang ke Gaza dengan berjalan kaki.

“Ketika kami dibebaskan dan harus berjalan kembali ke Gaza, satu orang meninggal. Dia terjatuh dan tewas saat berjalan,” ucapnya.

Rekaman tentang kesaksian para pekerja asal Gaza yang ditahan Israel beredar di media sosial. Kelompok hak asasi manusia (HAM) berbasis di Israel, Gisha, mengaku menerima laporan tentang perlakuan tentara Israel terhadap para pekerja asal Gaza yang ditangkap.

Gisha mengatakan, cerita para pekerja tersebut sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan. “Kami tidak tahu berapa banyak orang yang ditahan secara tidak sah di pusat penahanan Israel karena Israel menolak mengungkapkan nama dan keberadaan orang-orang yang mereka ditahan,” ujar Direktur Advokasi Publik Gisha Miriam Marmur.

Menurut Marmur, para pekerja asal Gaza itu ditahan di fasilitas pangkalan militer Israel di Tepi Barat. “Ada berbagai laporan mengenai pasukan Israel yang melakukan penggerebekan, menjemput pekerja Palestina dan membawa mereka ke pusat penahanan,” ucapnya.

Namun Marmur mengaku masih belum mengetahui ada berapa banyak pekerja asal Gaza yang ditahan dan telah dibebaskan oleh Israel. Militer Israel belum secara resmi merilis pernyataan tentang ditangkapnya para pekerja Palestina asal Gaza pasca serangan Hamas. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement