Sabtu 04 Nov 2023 16:19 WIB

Generator Terakhir Kehabisan Bahan Bakar, RS Al-Shifa Gaza Gelap Gulita Tanpa Listrik

Rumah Sakit al-Shifa merupakan riumah sakit terbesar di Gaza, selain RS Indonesia.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
File - Bangunan rumah Sakit Al Shifa tampak menyala di Kota Gaza pada 24 Oktober 2023.
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
File - Bangunan rumah Sakit Al Shifa tampak menyala di Kota Gaza pada 24 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Situasi Rumah Sakit al-Shifa di Gaza akhirnya benar-benar gelap gulita tanpa ada ketersediaan listrik yang beroperasi di RS tersebut pada Sabtu (4/11/2023). Hal ini dikarenakan generator terakhir yang beroperasi telah kehabisan bahan bakar untuk mengaliri listrik di RS tersebut. 

Kementerian Kesehatan Otoritas Palestina mengatakan kondisi ini sangat membahayakan nyawa ribuan orang yang terluka yang masih berada dalam layanan medis RS tersebut. Terlebih sangat banyak warga Gaza yang saat ini membutuhkan bantuan medis akibat serangan bom oleh militer Israel.

Baca Juga

Pihak Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan dalam sebuah laporan pada hari Jumat setidaknya 16 dari 35 rumah sakit di Gaza yang terkepung telah ditutup karena pengeboman Israel atau kekurangan bahan bakar. Perang Israel yang menghancurkan di Gaza telah menyebabkan sistem medis di sana berantakan, dan rumah sakit-rumah sakit di sana berjuang untuk tetap beroperasi.

Rumah Sakit al-Shifa merupakan dua dari RS besar terakhir di Gaza selain RS Indonesia, yang mungkin tidak akan bertahan karena habisnya persediaan bahan bakar untuk generator listrik. Laporan kementerian kesehatan mengatakan bahwa 51 dari 72 pusat layanan kesehatan primer juga terpaksa ditutup. 

Laporan tersebut menambahkan bahwa 24 rumah sakit di Gaza utara telah diperintahkan untuk dievakuasi, dengan total kapasitas 2.000 tempat tidur.

Kementerian kesehatan Palestina mengatakan 55 persen mitra sektor kesehatan telah menghentikan operasinya karena kerusakan infrastruktur. Lembaga amal yang berbasis di Inggris, Medical Aid for Palestinians (MAP), mengatakan di platform media sosial X bahwa Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza, yang merupakan rumah sakit terbesar di wilayah tersebut, terpaksa mematikan sebagian besar listriknya karena kekurangan bahan bakar generator.

"Lampu-lampu di bangsal-bangsal mati dan listrik di kamar mayat dimatikan. Listrik sekarang hanya tersedia untuk layanan-layanan penting termasuk ICU dan ruang operasi," tambah kelompok tersebut.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Middle East Eye (@middleeasteye)

 

"MAP meminta para pemimpin politik untuk menuntut masuknya bahan bakar untuk rumah sakit di #Gaza, dan untuk segera bekerja untuk membangun gencatan senjata segera sehingga bantuan dapat didistribusikan kepada lebih dari dua juta orang yang sangat membutuhkannya."

Kementerian Kesehatan Otoritas Palestina pada hari Jumat menerbitkan sebuah laporan yang mengatakan bahwa 16 dari 35 rumah sakit di daerah kantong yang terkepung itu telah ditutup karena pengeboman Israel atau kekurangan bahan bakar.

Berikut ini adalah daftarnya:

Rumah Sakit Persahabatan Turki - satu-satunya rumah sakit yang merawat pasien kanker di Gaza

Rumah Sakit Beit Hanoun

Rumah Sakit Al-Wafa untuk Bedah Khusus dan Rehabilitasi Medis

Rumah Sakit Bantuan Umum

Rumah Sakit Amal Sahabat Pasien

Rumah Sakit Spesialis Al-Karama

Rumah Sakit Amal Haifa

Rumah Sakit Mata Internasional

Rumah Sakit Jiwa

Rumah Sakit Anak Martir Mohammad al-Durrah

Rumah Sakit Rehabilitasi dan Prostetik Hamad

Rumah Sakit Amal Dar al-Salaam

Rumah Sakit Al-Yaman al-Saeed

Rumah Sakit Mata Saint John

Rumah Sakit Spesialis Al-Hayat

Rumah Sakit Medis Khusus Yafa

Tentara Israel mengebom sebuah konvoi ambulans di pintu masuk al-Shifa pada hari Jumat, menewaskan 13 orang dan melukai 26 orang, kata kementerian kesehatan Gaza. Kampanye militer Israel yang mematikan terhadap Jalur Gaza sejauh ini telah menewaskan lebih dari 9.200 orang, sebagian besar anak-anak dan perempuan.

Israel telah menduduki wilayah Palestina, termasuk Gaza, sejak tahun 1967 dan telah melakukan beberapa serangan di wilayah tersebut. Perang saat ini dimulai pada tanggal 7 Oktober, ketika Hamas dan militan Palestina lainnya memulai serangan mendadak di dalam wilayah Israel yang menewaskan lebih dari 1.400 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement