REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Angkatan Laut Amerika Serikat mengerahkan sebuah kapal selam bertenaga nuklir ke Timur Tengah. "Pada 5 November 2023, kapal selam kelas Ohio tiba di area tanggung jawab Komando Pusat AS," kata Komando Pusat AS (CENTCOM) pada Ahad malam via akun media sosial X.
Sejak kelompok Hamas Palestina meluncurkan Operasi Banjar Al-Aqsa terhadap Israel pada 7 Oktober, AS sudah mengirimkan dua kapal induk dan kapal pendukung ke Mediterania timur sejak peperangan antara Israel dan Hamas meletus. Kapal-kapal tersebut dimaksudkan sebagai alat pencegah untuk memastikan konflik tidak meluas.
Kapal induk Gerald R Ford bersama kapal pendukungnya, tiba di Mediterania timur sehari sejak Hamas melakukan serangan mengejutkan bagi Israel. Ford yang ditugaskan pada 2017 adalah kapal induk terbaru AS dan terbesar di dunia. Armada ini mampu mengangkut lebih dari 5.000 personel di dalamnya.
Kapal induk yang memiliki reaktor nuklir ini dapat menampung lebih dari 75 pesawat militer, termasuk pesawat tempur seperti jet F-18 Super Hornet dan E-2 Hawkeye. Armada memiliki persenjataan rudal, seperti Evolved Sea Sparrow Missile, yang merupakan rudal permukaan-ke-udara jarak menengah yang digunakan untuk melawan drone dan pesawat terbang.
Rudal kerangka udara bergulir pada Ford digunakan untuk menargetkan rudal antikapal bersama Sistem Senjata Close-In Mk-15 Phalanx. Sistem itu digunakan untuk menembakkan peluru penusuk lapis baja.
Ford juga menyertakan radar canggih yang dapat membantu mengendalikan lalu lintas udara dan navigasi. Kapal pendukung tersebut seperti kapal penjelajah berpeluru kendali kelas Ticonderoga Normandia, kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh-Burke Thomas Hudner, Ramage, Carney, dan Roosevelt. Kemampuan tersebut mencakup kemampuan peperangan permukaan-ke-udara, permukaan-ke-permukaan, dan antikapal selam.
Selain Ford, Pentagon juga mengarahkan kelompok penyerang kapal induk Dwight Eisenhower. Kapal induk bertenaga nuklir yang ditugaskan pada 1977, pertama kali melakukan operasi selama invasi Irak ke Kuwait.
Kapal induk yang juga dikenal sebagai "Ike" ini bisa mengangkut 5.000 personel. Armada ini dapat membawa hingga sembilan skuadron pesawat, seperti jet tempur, helikopter, dan pesawat yang mampu melakukan operasi intelijen, pengawasan, dan pengintaian.
Sama seperti Ford, kapal induk Ike akan dikawal kapal-kapal lain seperti kapal penjelajah berpeluru kendali Philippine Sea, kapal perusak berpeluru kendali Gravely, dan Mason. Kapal-kapal tersebut fokus untuk melindungi diri dan kapal induk. Meskipun mereka dapat melakukan operasi ofensif, kapal-kapal tersebut tidak cocok untuk bertindak sebagai sistem pertahanan rudal bagi Israel yang sudah memiliki sistem canggih.