REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Setelah Menteri Kebudayaan Israel, Amichai Eliyahu, mengatakan bahwa terbuka opsi serangan nuklir ke Gaza. Kini giliran Menteri Keuangan Bezalel Smotrich yang melontarkan pernyataan kontroversial.
Smotrich menyerukan agar wilayah Tepi Barat menjadi zona steril yang terbebas dari pemukim Palestina. Smotrich yang secara de facto merupakan gubernur di Tepi Barat mengatakan warga Palestina harus dicegah memasuki zona steril ini, termasuk untuk keperluan memanen buah zaitun.
Media Israel, dikutip Middle East Eye, melaporkan pada hari Senin (6/11/2023), seruan Smotrich ini disampaikan melalui sebuah surat yang ditujukan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Galant. Menteri sayap kanan tersebut juga menyerukan diadakannya diskusi di kabinet mengenai keamanan para pemukim Yahudi di wilayah Yudea dan Samaria yang mengacu pada Tepi Barat.
“Konsep keamanan harus diubah, menekankan perlunya menciptakan zona keamanan steril di sekitar pemukiman dan jalan serta mencegah orang Arab memasukinya, termasuk untuk memanen,” kata Smotrich dalam surat yang ditulisnya.
Sejak serangan udara dan darat dilancarkan ke Gaza, pasukan Israel bersama para pemukim Yahudi juga melakukan kekerasan terhadap orang-orang Palestina di wilayah pendudukan di Tepi Barat.
Yang terbaru, pada Senin (6/11/2023) pagi, pasukan Israel membunuh seorang warga Palestina di Tepi Barat. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan seorang warga Palestina ditembak mati di Hebron dan tiga lainnya terluka.
Setidaknya 41 anak telah terbunuh di wilayah pendudukan Tepi Barat sejak meningkatnya kekerasan yang dimulai pada 7 Oktober 2023. Sebanyak 111 keluarga, termasuk 356 anak-anak di Tepi Barat, telah mengungsi sejak perang Israel-Hamas meletus.
Kekerasan juga meluas ke kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat, yang dihuni setidaknya 23.000 orang. Pada 2 November, terjadi serangan pasukan Israel di Jenin.
Lima warga Palestina dilaporkan meninggal dalam serangan di kamp Jenin. Lebih dari 130 warga Palestina tewas dan sekitar 2.100 orang terluka di Tepi Barat antara 7 Oktober dan 2 November, menyusul meningkatnya permusuhan antara Israel dan Hamas, kata Kementerian Kesehatan Palestina.