Kamis 09 Nov 2023 13:09 WIB
Sebulan Genosida Gaza

Setelah Sebulan Dibombardir, Kini Warga Gaza Hadapi Risiko Penyebaran Penyakit

Lebih dari 33.551 kasus diare sudah dilaporkan di Gaza sejak pertengahan Oktober.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
File - Anak-anak Palestina yang terluka akibat serangan Israel menangis di luar rumah sakit di kamp pengungsi Rafah, Jalur Gaza selatan, 12 Oktober 2023.
Foto: AP Photo/Hatem Ali
File - Anak-anak Palestina yang terluka akibat serangan Israel menangis di luar rumah sakit di kamp pengungsi Rafah, Jalur Gaza selatan, 12 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, penduduk Palestina di Jalur Gaza menghadapi risiko penyebaran penyakit. Dibomnya infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit, minimnya bantuan kemanusiaan, dan ketiadaan suplai bahan bakar telah menimbulkan ancaman kesehatan tersendiri bagi warga di Gaza.

“Ketika kematian dan cedera di Gaza terus melonjak akibat meningkatnya permusuhan, kepadatan penduduk yang berlebihan, serta terganggunya sistem kesehatan, air, dan sanitasi menimbulkan bahaya tambahan: penyebaran penyakit menular yang cepat. Beberapa tren yang mengkhawatirkan sudah mulai muncul,” kata WHO dalam sebuah pernyataan, Rabu (8/11/2023).

Baca Juga

WHO mengungkapkan, tipisnya stok bahan bakar di Gaza telah menyebabkan pabrik desalinasi air di sana berhenti beroperasi. Menurut WHO, hal itu meningkatkan risiko penyebaran infeksi bakteri seperti diare.

WHO mengatakan, lebih dari 33.551 kasus diare sudah dilaporkan di Gaza sejak pertengahan Oktober. Sebagian besar kasus diderita anak balita. WHO menambahkan, jumlah anak di Gaza yang terinfeksi diare mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan rata-rata 2.000 kasus setiap bulan pada kelompok usia balita sepanjang 2021 dan 2022.

WHO mengingatkan, ketiadaan bahan bakar juga mengganggu proses pengumpulan limbah padat di Gaza. Hal itu mengakibatkan terciptanya lingkungan kondusif bagi perkembangbiakan serangga dan hewan pengerat yang dapat membawa serta menularkan penyakit secara cepat.

WHO menilai, hampir mustahil bagi fasilitas kesehatan di Gaza untuk mempertahankan tindakan dasar pencegahan infeksi. Hal tersebut meningkatkan risiko infeksi yang disebabkan oleh trauma, pembedahan, dan persalinan.

Israel telah membombardir Gaza selama lebih dari sebulan, terhitung sejak 7 Oktober 2023 lalu. Hingga Rabu kemarin, jumlah warga Gaza yang terbunuh sejak dimulainya agresi Israel telah melampaui 10.500 jiwa. Lebih dari 4.300 di dalamnya merupakan anak-anak. Sementara korban luka sudah menembus 26.400 orang.

Agresi Israel juga telah mengakibatkan sekitar 1,5 juta warga Gaza terlantar dan mengungsi. Krisis kemanusiaan di Gaza terus memburuk karena hanya sedikit konvoi bantuan kemanusiaan yang diizinkan melintas ke wilayah tersebut. Israel juga belum memperkenankan adanya pasokan bahan bakar ke Gaza.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement