Presiden Komisi Eropa, Ursula von Der Leyen juga bersikap serupa. Pada 25 Oktober 2022, dia mengatakan bahwa Rusia dengan sengaja memimpin serangan yang ditargetkan terhadap infrastruktur sipil dengan tujuan untuk memutus aliran air, listrik, dan pemanas. Termasuk menargetkan perempuan, dan anak-anak. Dia menyebut langkah Rusia itu adalah tindakan teror.
Kemudian pada 18 Oktober 2023, Von Der Leyen secara terbuka mengatakan bahwa Eropa mendukung Israel. Bahkan, politisi itu mengatakan bahwa Israel berhak untuk membela diri.
"Kita akan mempunyai kredibilitas untuk mengatakan bahwa Israel harus bereaksi sebagai negara demokrasi yang sejalan dengan hukum kemanusiaan internasional," ujar Von Der Leyen.
Kanselir Jerman, Olaf Scholz pada 23 November 2022 mengatakan, Rusia telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia karena dengan sengaja menargetkan infrastruktur sipil di Ukraina. Namun setelah 10 hari pengeboman Israel yang menewaskan lebih dari 3000 warga Palestina di Gaza, Scholz dengan tegas menyatakan dukungannya kepada negara apartheid itu.
"Kami tetap berada di pihak Israel, seperti yang saya katakan kepada parlemen Jerman, dan itu adalah pesan baik yang didukung oleh seluruh anggota parlemen," kata Scholz.
Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak pada 16 November 2022 mengatakan bahwa Putin melancarkan serangan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil di Ukraina. Namun ketika Israel menargetkan warga sipil di Gaza, Sunak justru dengan bangga mengatakan bahwa dia mendukung Israel.
"Saya bangga berdiri di sini bersama Anda di saat-saat tergelap di Israel. Kami akan mendukung Anda dalam solidaritas. Kami mendukung rakyat Anda dan kami juga ingin Anda menang," kata Sunak.