Jumat 17 Nov 2023 19:43 WIB

WHO: Wabah Penyakit Mulai Menyebar di Gaza

70.000 kasus infeksi pernafasan akut dan 44.000 kasus diare tercatat di Gaza.

Warga Palestina antre untuk mendapatkan makanan selama pengeboman Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza di Rafah pada Senin, 13 November 2023.
Foto: AP Photo/Hatem Ali
Warga Palestina antre untuk mendapatkan makanan selama pengeboman Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza di Rafah pada Senin, 13 November 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Jumat (17/11/2023) bahwa mereka sangat khawatir dengan penyebaran berbagai macam penyakit di Gaza. Menurut WHO, pengeboman yang dilakukan Israel selama berminggu-minggu telah menyebabkan warga memadati tempat penampungan dengan pasokan makanan dan air bersih yang minim.

“Kami sangat prihatin dengan penyebaran penyakit ketika musim dingin tiba,” kata Richard Peeperkorn, Perwakilan WHO di Wilayah Pendudukan Palestina.

Baca Juga

Dia mengatakan bahwa lebih dari 70.000 kasus infeksi pernafasan akut dan lebih dari 44.000 kasus diare telah tercatat, angka yang jauh lebih tinggi dari perkiraan.

WHO sebelumnya telah memperingatkan adanya “tren yang mengkhawatirkan” dalam penyebaran penyakit di Gaza. Pengeboman dan serangan darat telah mengganggu sistem kesehatan, akses terhadap air bersih dan menyebabkan orang-orang berkumpul di tempat penampungan.

Awal musim hujan dan kemungkinan banjir juga meningkatkan kekhawatiran bahwa sistem pembuangan limbah di wilayah padat penduduk tersebut akan kewalahan dan penyakit akan menyebar dengan cepat.

Ketiadaan bahan bakar telah memaksa stasiun pompa limbah dan pabrik desalinasi ditutup, sehingga meningkatkan risiko kontaminasi air dan berjangkitnya penyakit.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan pada hari Jumat bahwa sekitar 813.000 pengungsi internal tinggal di setidaknya 154 tempat penampungan yang dikelola oleh Badan Pengungsi Palestina di PBB, UNRWA.

“Kepadatan yang berlebihan menyebabkan penyebaran penyakit, termasuk penyakit pernafasan akut dan diare, sehingga meningkatkan permasalahan lingkungan dan kesehatan,” kata OCHA memperingatkan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement