REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV - - Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen, mengatakan kelompok sandera pertama yang ditahan oleh kelompok Palestina Hamas sejak 7 Oktober harus dibebaskan pada Kamis (23/11/2023). Desakan itu berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang dicapai Rabu (22/11/2023) pagi.
“Israel berharap untuk memulihkan sandera pertama yang dibebaskan dari Jalur Gaza oleh Hamas pada Kamis,” kata Cohen kepada Army Radio.
Berdasarkan perjanjian tersebut, 50 warga Israel yang ditahan oleh Hamas akan dibebaskan dengan imbalan 150 tahanan Palestina di penjara-penjara Israel. Kesepakatan yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, juga mencakup jeda pertempuran selama empat hari dan masuknya 300 truk berisi bantuan kemanusiaan, termasuk bahan bakar yang sangat dibutuhkan, ke Jalur Gaza.
Perjanjian tersebut juga memungkinkan perpanjangan jeda dan potensi pembebasan lebih banyak perempuan dan anak-anak yang ditahan oleh kedua belah pihak. Israel memperkirakan setidaknya 239 warga Israel ditahan oleh Hamas setelah serangan lintas batas pada 7 Oktober.
Kesepakatan tersebut merupakan gencatan senjata pertama selama lebih dari satu bulan setelah serangan brutal Israel di Gaza. Banyak pihak berharap jeda tersebut akan membawa pada gencatan senjata yang lebih panjang dan penyelesaian konflik. Menteri luar negeri Arab Saudi, Mesir dan Yordania mengatakan kesepakatan gencatan senjata pada akhirnya juga harus mengarah pada dimulainya kembali pembicaraan mengenai solusi dua negara.
Qatar mengonfirmasi parameter luas dari perjanjian tersebut. “Waktu mulai jeda akan diumumkan dalam 24 jam ke depan dan berlangsung selama empat hari, dapat diperpanjang,” kata pernyataan negara tersebut.
Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober. Tindakan keras Israel membunuh lebih dari 14.128 warga Palestina, termasuk 5.840 anak-anak dan 3.920 wanita. Sementara itu, korban tewas di Israel adalah sekitar 1.200 orang.
Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja, juga rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat Israel terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut.