REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Israel dan pejuang Palestina, Hamas, akan memulai gencatan senjata selama empat hari pada Jumat (24/11/2023) pagi. Gencatan senjata dimulai pada jam tujuh pagi waktu setempat, dan melibatkan gencatan senjata komprehensif di Gaza utara dan selatan.
Juru bicara Hamas Osama Hamdan berterima kasih kepada Qatar dan Mesir atas bantuan dalam memediasi kesepakatan gencatan senjata. Dia menyalahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas keterlambatan dalam mencapai kesepakatan tersebut.
Hamdan mengatakan, gencatan senjata tersebut seharusnya telah disepakati lebih dari 10 hari yang lalu. Namun, dia berharap gencatan senjata selama empat hari ini akan berjalan tanpa komplikasi.
Menurut Hamdan, meski gencatan senjata tersebut disambut positif, momen itu bukan akhir dari segalanya. "Satu-satunya hal yang akan membuat bangsa Palestina puas adalah berakhirnya pendudukan dan berakhirnya serangan Israel di Gaza," ujarnya kepada Aljazirah, Kamis (23/11/2023).
Kementerian Luar Negeri Qatar mengumumkan pada Rabu (22/11/2023), bahwa kesepakatan mengenai jeda kemanusiaan selama empat hari telah dicapai antara Israel dan Hamas. Berdasarkan perjanjian tersebut, 50 warga Israel yang ditahan oleh Hamas akan dibebaskan dengan imbalan 150 tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.
Selain itu, kesepakatan itu mencakup gencatan senjata selama empat hari. Kemudian masuknya 300 truk berisi bantuan kemanusiaan, termasuk bahan bakar yang sangat dibutuhkan ke Jalur Gaza.