Senin 27 Nov 2023 20:50 WIB

Pakar PBB Dorong Penyelidikan Independen Atas Kejahatan Perang di Gaza

Israel dan Hamas melakukan gencatan senjata selama 4 hari sejak Jumat kemarin.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Warga Palestina di hari ketiga gencatan senjata mengunjungi rumah mereka yang hancur akibat pemboman Israel di Jalur Gaza di desa Khuza
Foto: AP Photo/Adel Hana
Warga Palestina di hari ketiga gencatan senjata mengunjungi rumah mereka yang hancur akibat pemboman Israel di Jalur Gaza di desa Khuza

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Pakar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mendorong adanya investigasi penuh dan independen terhadap kejahatan yang dilakukan Israel dan Hamas dalam konflik yang sedang berlangsung. Hal ini disampaikan Pelapor khusus untuk eksekusi di luar proses hukum, tanpa proses pengadilan dan sewenang-wenang PBB Morris Tidball-Binz dan pelapor khusus untuk penyiksaan dan perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia PBB Alice Jill Edward dalam sebuah pernyataan bersama di Jenewa.

"Para penyelidik independen harus diberi sumber daya, dukungan, dan akses yang dibutuhkan untuk melakukan investigasi yang cepat, menyeluruh, dan tidak memihak atas kejahatan yang diduga dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam konflik tersebut," kata kedua pakar itu dalam pernyataan yang dirilis Senin (27/11/2023).

Baca Juga

Mereka mendesak semua pihak yang terlibat dalam konflik melindungi warga sipil, mematuhi kewajiban mereka di bawah hukum internasional, dan bekerja sama sepenuhnya dalam penyelidikan.

Sementara itu sebelumnya dilaporkan Israel dan Hamas tampaknya terbuka untuk memperpanjang gencatan senjata di Gaza yang menghentikan perang paling mematikan dan paling merusak, akan berakhir setelah Senin.

Selain menggelar jeda pertempuran kedua belah pihak juga melakukan pertukaran sandera dan tahanan. Hamas membebaskan warga Israel dan warga asing yang ditawan dalam serangan mendadak 7 Oktober lalu sementara Israel membebaskan tahanan remaja dan perempuan dari penjaranya.

Israel mengatakan akan memperpanjang gencatan senjata selama satu hari untuk setiap 10 sandera tambahan yang dibebaskan. Hamas juga mengatakan mereka berharap untuk memperpanjang gencatan senjata yang mulai berlaku pada Jumat (24/11/2023) setelah perundingan tidak langsung selama beberapa pekan yang dimediasi Amerika Serikat, Qatar dan Mesir.

Namun Israel juga mengatakan  pihaknya tetap berkomitmen untuk menghancurkan kemampuan militer Hamas dan mengakhiri kekuasaannya selama 16 tahun di Gaza setelah serangannya pada 7 Oktober lalu ke Israel selatan. Hal ini kemungkinan Israel akan memperluas serangan darat dari Gaza utara yang hancur ke Gaza selatan, di mana ratusan ribu orang Palestina berdesakan di tempat penampungan PBB.

Media-media internasional melaporkan kondisi tempat penampungan tersebut masih mengerikan meskipun ada peningkatan pengiriman bantuan di bawah gencatan senjata.

Dua pejabat Mesir mengatakan terdapat pembicaraan yang ditujukan untuk memperpanjang gencatan senjata selama empat hari. Salah satu pejabat mengatakan kedua belah pihak secara prinsip telah setuju.

Namun pejabat tersebut menambahkan kekerasan di daerah pendudukan Tepi Barat memperumit keadaan, dengan Hamas menuntut diakhirinya serangan-serangan militer Israel. Sejak perang dimulai pasukan Israel menangkap ratusan orang Palestina ditangkap dan sejumlah orang tewas dalam bentrokan.

Dua pejabat Mesir tersebut berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk memberikan keterangan kepada media.

Hamas membebaskan puluhan tawanan yang sebagian besar perempuan dan anak-anak disandera dalam dalam serangan 7 Oktober lalu. Israel mendesak kelompok perjuangan Palestina itu untuk memulangkan sisa sandera.

Enam puluh dua sandera telah dibebaskan hampir semuanya dilakukan selama gencatan senjata. Sebelumnya, pasukan Israel membebaskan satu sandera dan dua sandera ditemukan dalam keadaan tewas di dalam Gaza.

"Kami bisa membawa semua sandera kembali ke rumah. Kami harus terus berusaha," kata dua kerabat Abigail Edan, anak perempuan berusia 4 tahun dan berkewarganegaraan ganda Israel-Amerika yang dibebaskan pada hari Ahad (26/11/2023) kemarin, dalam sebuah pernyataan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement