Kamis 30 Nov 2023 22:10 WIB

PBB: 2023 Tahun Terpanas yang Pernah Tercatat

Suhu rata-rata tahun ini naik sekitar 1,4 derajat Celcius dari masa pra-industri.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Badan cuaca PBB mengatakan tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperingatkan adanya tren yang mengkhawatirkan yang menunjukkan peningkatan banjir, kebakaran hutan, pencairan gletser, dan gelombang panas di masa depan.

WMO juga memperingatkan suhu rata-rata tahun ini naik sekitar 1,4 derajat Celcius dari masa pra-industri atau hanya sepersepuluh derajat di bawah batas target akhir abad ini yang ditetapkan dalam perjanjian iklim Paris tahun 2015.

Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas mengatakan El Nino, fenomena cuaca yang ditandai dengan memanasnya Samudra Pasifik, awal tahun ini dapat membuat suhu rata-rata tahun depan melampaui batas target 1,5 derajat yang ditetapkan di Paris.

"Hampir dapat dipastikan dalam empat tahun ke depan kita akan mencapai angka 1,5 derajat, setidaknya untuk sementara waktu," kata Taalas dalam sebuah wawancara.

"Dan dalam dekade berikutnya kita kurang lebih akan berada di sana secara permanen," tambahnya.

Temuan-temuan yang dirilis WMO pada Kamis (30/11/2023) disampaikan sebelum konferensi iklim tahunan PBB yang tahun ini diselenggarakan di kota Dubai, Uni Emirat Arab, yang kaya minyak.

Badan PBB tersebut mengatakan tolok ukur dari tujuan utama kesepakatan Paris adalah apakah kenaikan 1,5 derajat dapat dipertahankan selama rentang waktu 30 bukan hanya satu tahun. Namun pihak-pihak lain mengatakan dunia memerlukan kejelasan mengenai hal tersebut.

"Kejelasan mengenai pelanggaran batas-batas kesepakatan Paris akan sangat penting," kata Richard Betts dari Met Office Inggris, penulis utama sebuah makalah baru mengenai masalah ini bersama University of Exeter yang diterbitkan di jurnal Nature.

"Tanpa kesepakatan tentang apa yang sebenarnya akan dianggap melebihi 1,5 derajat Celcius, kita menghadapi risiko gangguan dan kebingungan pada saat tindakan untuk menghindari dampak terburuk perubahan iklim menjadi semakin mendesak," tambahnya.

Taalas dari WMO mengatakan apa pun yang terjadi, dunia tampaknya berada di jalur yang tepat untuk melewati angka tersebut.

"Kita sedang menuju ke arah pemanasan 2,5 hingga 3 derajat dan itu berarti bahwa kita akan melihat lebih banyak lagi dampak negatif dari perubahan iklim," kata Taalas, menunjuk pada hilangnya gletser dan kenaikan permukaan laut dalam "ribuan tahun ke depan."

Selama sembilan tahun....

 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement