Sabtu 02 Dec 2023 10:04 WIB

Agar Kelak tak Jadi Sasaran Serangan Hamas, Israel Inginkan Zona Penyangga

Washington berulang kali menentang rencana apapun yang menyusutkan wilayah Palestina.

 Massa menggelar aksi solidaritas terhadap Palestina di tengah perang Hamas-Israel, di Roma, Italia, Jumat (1/12/2023).
Foto: EPA-EFE/ANGELO CARCONI
Massa menggelar aksi solidaritas terhadap Palestina di tengah perang Hamas-Israel, di Roma, Italia, Jumat (1/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI – Israel menginformasikan ke beberapa negara Arab mengenai keinginan adanya buffer zone atau zona penyangga di sisi perbatasan Gaza. Tujuan utamanya mencegah serangan Hamas dari Gaza pada masa mendatang. 

Sejumlah sumber di Pemerintah Mesir dan beberapa negara Arab lainnya mengungkapkan, keinginan Israel itu merupakan bagian dari proposal yang hendak diwujudkan setelah perang dengan Hamas saat ini berakhir. 

Baca Juga

Menurut tiga sumber di kawasan, Israel mennyampaikan rencananya itu ke negara tetangga terdekat, Mesir dan Yordania. Selain itu, disampaikan ke Uni Emirat Arab (UEA) yang menormalisasi hubungan dengan Israel pada 2020 melalui Abraham Accord. 

Mereka mengungkapkan pula, Arab Saudi diberi informasi mengenai rencana ini oleh Israel meski keduanya tak mempunyai hubungan diplomatik. Tak diketahui bagaimana proposal itu bisa sampai ke Riyadh. Negara lain yang mendapat informasi tersebut adalah Turki. 

‘’Israel menginginkan zona penyangga antara Gaza dan Israel dari utara hingga selatan guna mencegah Hamas atau kelompok lainnya menyusup atau menyerang,’’ ujar seorang pejabat keamanan nasional, salah satu dari tiga sumber di atas, Jumat (1/12/2023). 

Mesir, Saudi, Qatar, dan Turki belum memberikan respon ketika ditanya mengenai rencana Israel itu. Demikian pula dengan sejumlah pejabat Yordania. Seorang pejabat UEA tak merespons secara langsung ketika ditanya apakah Abu Dhabi ditanya mengenai zona penyangga ini. 

‘’UEA  akan mendung rancangan apapun pascaperang kelak jika memang disepakati berbagai pihak berkepentingan untuk mencapai stabilitas dan negara Palestina,’’ ujar pejabat tersebut. Israel lebih jauh menjelaskan mengenai rancangan zona penyangga ini. 

Ophir Falk, penasihat luar negeri Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan,’’Rencana ini lebih detail dibandingkan itu, merujuk pada tiga tahapan proses,’’ katanya. Tiga tahapan itu, menghancurkan Hamas, demiliterisasi, dan deradikalisasi Gaza. 

Ia menuturkan, zona penyangga kemungkinan menjadi bagian dari proses demiliterisasi. Ia menolak menyampaikan detailnya ketika ditanya apakah rancangan itu telah dibicarakan dengan sekutu internasionalnya termasuk negara-negara Arab. 

Inisiatif Israel ini tak mengindikasikan berakhirnya serangan Israel yang kembali terjadi pada Jumat (1/12/2023) setelah sepekan gencatan senjata. Proposal itu menunjukkan Israel melibatkan para mediator negara Arab mengenai apa yang diinginkan setelah perangan di Gaza. 

Tak satupun negara Arab menunjukkan keinginan untuk mengawasi atau mengelola Gaza pada masa depan. Mereka justru mengecam serangan Israel yang telah menyebabkan kematian 15 ribu warga Gaza dan membuat mereka mengungsi. 

Israel sebelumnya mempertimbangkan zona penyangga di dalam Gaza tetapi sejumlah sumber menyatakan, sekarang Israel menyampaikan rencananya ke negara Arab sebagai bagian dari rencana keamanan masa depan di Gaza. Pasukan Israeli mundur dari Gaza pada 2005.

Seorang pejabat AS mengungkapkan, Israel telah mengambangkan ide zona penyangga tak memberitahukan kepada siapapun. Namun, ia menegaskan Washington berulang kali menentang rencana apapun yang menyusutkan wilayah Palestina. 

Yordania, Mesir, dan negara Arab lainnya menyampaikan kekhawatirannya Israel ingin mengeluarkan Gaza dari wilayah Palestina, seperti saat mereka membentuk negara dengan merampas tanah Palestina pada 1948. 

Seorang pejabat senior keamanan Israel menuturkan, idea zona penyangga sedang dalam pengujian. Ia mengaku belum jelas sedalam mana zona ini kelak diwujudkan, apakah 1 km atau 2 km di dalam wilayah Gaza atau jarak lebih pendek atau panjang. 

Pengubahan batas wilayah di Gaza, yang memiliki panjang 40 km dan lebar antara 5 km dan 12 km, akan membuat warga Gaza yang berjumlah 2,3 juta menghuni wilayah yang lebih sempit lagi. Dua sumber keamanan Mesir menyinggung pula soal zona penyangga ini.

Mereka menyatakan, Israel menyampaikan ide zona penyangga saat pembicaraan mediasi dengan Mesir dan Qatar mengenai perlucutan senjara di Gaza utara dan membentuk zona penyangga di wilayah utara itu dengan pengawasan internasional.

Beberapa negara Arab, jelas keduanya, menentang ide Israel ini. Selain negara Arab berpotensi besar menolak rintangan keamanan di antara kedua belah pihak, juga ada pertentangan mengenai di mana dibuatnya zona penyangga. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement