Senin 04 Dec 2023 12:59 WIB

Keluarga Warga Israel Korban Salah Tembak Tentara IDF Mengecam Netanyahu

Pembunuhan warga Israel ini terjadi di Yerusalem Timur pada Kamis pekan lalu.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Staf medis mengeluarkan korban dari lokasi penembakan di Yerusalem, 30 November 2023. Enam korban warga Israel dinyatakan tewas di tempat kejadian.
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Staf medis mengeluarkan korban dari lokasi penembakan di Yerusalem, 30 November 2023. Enam korban warga Israel dinyatakan tewas di tempat kejadian.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak bersalah atas kematian seorang warga sipil Israel yang tertembak mati oleh pasukan keamanan, Sabtu (3/12/2023). Dia ditembak setelah disangka teroris oleh pasukan keamanan Israel dan memicu kecaman dari keluarga dan banyak pihak.

“Segera setelah Anda mendistribusikan senjata dalam jumlah yang lebih besar, kasus-kasus ini bisa terjadi,” kata Netanyahu pada Sabtu (2/11/2023) malam.

Baca Juga

Netanyahu menyatakan dukungannya terhadap kebijakan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir yang secara signifikan meningkatkan jumlah izin senjata yang dikeluarkan kepada warga sipil. “Kita tahu bahwa dalam gelombang terorisme dalam satu dekade terakhir, kehadiran warga bersenjata menyelamatkan situasi dan mencegah bencana besar. Hal ini telah terjadi puluhan kali," ujarnya.

Pertimbangan itu memuat pemerintahan Netanyahu menyatakan kebijakan tersebut sudah seharusnya dilanjutkan. "Saya sangat mendukungnya. Kita mungkin harus membayar harganya untuk itu, inilah hidup,” katanya mengecilkan akibat yang harus ditanggung oleh warganya negaranya sendiri.

Pembunuhan warga Israel ini terjadi ketika dua saudara Palestina dari lingkungan Tzur Baher di Yerusalem Timur melepaskan tembakan ke arah penumpang di pintu masuk ibu kota pada Kamis (30/11/2023) pagi. Yuval Doron Kestelman dari Mevasseret Zion adalah orang pertama yang menembaki para penyerang tetapi kemudian malah ditembak oleh seorang prajurit Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

Pasukan IDF yakin bahwa pria berusia 38 tahun itu adalah salah satu penyerang yang membunuh tiga orang dan membuat enam luka-luka. Dia meninggal pada kemudian hari.

IDF mengatakan pada Ahad (3/12/2023), dua tentara dari Brigade Golani sedang diinterogasi menyusul penembakan mematikan tersebut. IDF menekankan bahwa tentara tidak boleh menembak seseorang yang mengangkat tangan dan menyerah, bahkan jika mereka adalah teroris. Menurut pihak militer, insiden yang melibatkan prajurit reguler dan prajurit cadangan itu akan diselidiki.

Menteri Kabinet Perang Benny Gantz bereaksi terhadap pernyataan Netanyahu pada Ahad. Dia mengatakan, peristiwa mematikan itu bukanlah kehidupan, melainkan sebuah tanda peringatan.

Gantz menyatakan, peristiwa penembakan tentara terhadap warga Israel mengharuskan pemerintah menarik kesimpulan dengan tepat. Dia pun menelepon untuk menyelidiki insiden tersebut dan menyatakan tentara yang menembak Kestelman merupakan tindakan keliru dan sebuah kesalahan yang harus dibayar mahal.

Video yang diposting di media sosial menunjukkan Kestelman melemparkan senjatanya ke tanah, mengangkat tangan, melepas jaket, dan memohon kepada tentara untuk tidak menembak. Dia kemudian ditembak di perutnya. Pasukan keamanan awalnya menanggapi serangan tersebut dengan berasumsi bahwa dia adalah seorang teroris dan tidak memberinya bantuan.

Tokoh sayap kanan seperti anggota parlemen Religious Zionism Tzvi Succot secara terbuka memuji tentara tersebut. Dia membagikan foto dan namanya serta menyebutnya sebagai pahlawan. Setelah diketahui bahwa mereka telah membunuh warga sipil yang tidak bersalah, postingan pujian tersebut dihapus.

Berbicara dengan jaringan radio nasional Israel yang dioperasikan oleh Pasukan Pertahanan Israel Army Radio pada Ahad, keluarga Kestelman mengkritik keras tanggapan pihak berwenang terhadap serangan itu serta komentar Netanyahu. “Saya pikir [Netanyahu] harus melihat video saudara laki-laki saya, yang ditembak setelah dia berlutut dan mengangkat tangannya, dan mengatakan apakah ini kecelakaan yang bisa berisiko,” kata saudara perempuan Kestelman, Noga.

Sementara ayah Kestelman Moshe menyatakan bahwa tentara yang menembak putranya telah melakukan eksekusi. Netanyahu kemudian menanggapi pernyataan itu setelah banyak anggota keluarga Kestelman angkat bicara.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor Netanyahu, perdana menteri mengatakan, dia telah berbicara dengan ayah Kestelman dengan menyatakan putranya menyelamatkan banyak nyawa. Dia pun mengakui penembakan itu merupakan tragedi yang mengerikan dan harus diselidiki.

Menyusul pernyataan Netanyahu, Moshe Kestelman mengatakan, Netanyahu mengatakan kepadanya bahwa perdana menteri tidak mengungkapkan semua fakta dengan sesungguhnya selama konferensi pers pertama. "Kenyataan menghantamnya setelah itu. Putra saya adalah seorang pahlawan, dan sekarang [Netanyahu] mengetahuinya," ujarnya merujuk pada ungkapan Netanyahu.

Saudara laki-laki Kestelman, Shaked, mengatakan kepada Channel 13 sehari setelah kejadian, bahwa keluarganya hanya diberi tahu tentang saudaranya terluka beberapa jam setelah ditembak. “Sepanjang hari itu, kami mengetahui dia telah dibawa ke Shaare Zedek [Pusat Medis di Yerusalem],” katanya.

“Dia tiba tanpa barang apa pun dan tidak diketahui identitasnya hingga pukul 16.00 atau 17.00. ketika mereka mengidentifikasinya melalui sidik jari dan menghubungi kami," ujar Shaked.

Selama karir politik yang singkat, Ben-Gvir telah mengembangkan reputasi sebagai penghasut. Dia membuat banyak pernyataan kontroversial dan menggunakan senjata pribadinya dengan cara yang mengancam.

Murid dari Rabi Meir Kahane sayap kanan yang tidak pernah bertugas di militer ini telah berulang kali berupaya untuk melonggarkan peraturan senjata api yang ketat di Israel. Kantor Ben-Gvir telah menunjuk orang-orang yang tidak memiliki izin hukum untuk mengeluarkan izin kepemilikan senjata bersyarat, termasuk anak perempuan yang sedang menjalankan tugas nasional di Kementerian Keamanan Nasional.

Dalam waktu kurang dari dua bulan, Kementerian Keamanan Nasional telah menyetujui izin untuk lebih dari 25 ribu senjata api, menambah 145 ribu izin yang telah disetujui sebelumnya. Ben-Gvir pun mengaku akan terus mendistribusikan senjata dengan pandangan bahwa senjata menyelamatkan nyawa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement