Rabu 06 Dec 2023 17:19 WIB

Seusai Bertemu Netanyahu, Keluarga Sandera Israel Marah dan Bela Hamas

Sandera yang ditemui Netanyahu merasa kecerdasannya dihina.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Warga Palestina yang menjadi sandera Israel merayakan kebebasannya bersama warga yang menunggu mereka, setelah meninggalkan penjara militer Isareli Ofer, di kota Beitonia dekat Ramallah, Tepi Barat, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Warga Palestina yang menjadi sandera Israel merayakan kebebasannya bersama warga yang menunggu mereka, setelah meninggalkan penjara militer Isareli Ofer, di kota Beitonia dekat Ramallah, Tepi Barat, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Warga Israel yang anggota keluarganya disandera Hamas marah seusai bertemu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Pertemuan ini dilakukan saat Israel kembali menggelar pengeboman ke Jalur Gaza setelah gencatan senjata selama satu pekan yang berhasil memulangkan 100 sandera Hamas berakhir.

Nasib 138 warga Israel yang masih disandera di Gaza masih belum diketahui. "Saya mendengar cerita yang menghancurkan hati saya, saya mendengar tentang kehausan dan kelaparan, mengenai penganiayaan fisik dan mental," kata Netanyahu dalam konferensi pers, Selasa (6/12/2023).

Baca Juga

"Saya mendengar dan anda juga mendengar mengenai pelecehan seksual dan kasus-kasus pemerkosaan brutal tidak seperti apa pun," ujarnya. Beberapa kerabat yang menghadiri pertemuan tersebut meninggalkan pertemuan dengan nada kritis terhadap pemerintah.

Dani Miran, yang putranya, Omri, disandera Hamas dalam serangan mendadak 7 Oktober lalu mengatakan ia merasa kecerdasannya dihina oleh pertemuan tersebut. Ia ingin meninggalkan pertemuan tersebut di tengah-tengah pertemuan.

"Saya tidak akan menjelaskan secara terperinci apa yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut, tetapi seluruh pertunjukan ini sangat buruk, menghina, dan berantakan," katanya kepada Channel 13 Israel, dan mengatakan pemerintah membuat "lelucon" atas masalah ini.

"Mereka mengatakan 'kami telah melakukan ini, kami telah melakukan itu'." (Pemimpin Hamas di Gaza, Yahya) Sinwarlah yang mengembalikan orang-orang kami, bukan mereka. Saya marah karena mereka mengatakan bahwa mereka mendikte. Mereka tidak mendikte satu langkah pun," ujarnya.

Pertemuan tersebut dimaksudkan sebagai forum bagi para sandera yang dibebaskan untuk menceritakan pengalaman mereka selama di tawanan. Kelompok yang mewakili keluarga sandera yang tidak disebutkan namanya mengeluarkan serangkaian kutipan yang katanya diambil dari pernyataan yang dibuat beberapa mantan sandera dalam pertemuan tersebut.

Kutipan-kutipan tersebut menceritakan perlakuan buruk yang diterima para tawanan oleh Hamas, namun pertemuan tersebut dibayangi oleh emosi keluarga yang khawatir akan nasib kerabat mereka yang masih ditahan.

"Itu adalah pertemuan yang sangat bergejolak, banyak orang berteriak-teriak," kata Jennifer Master, yang pasangannya Andrey masih menjadi tawanan.

Israel mengatakan sejumlah perempuan dan anak-anak masih berada di tangan Hamas. Sementara keluarga-keluarga yang memiliki kerabat pria dewasa yang ditawan meminta agar mereka tidak dilupakan.

"Kami semua berusaha untuk memastikan orang-orang yang kami cintai pulang. Ada yang menginginkan para wanita yang tersisa atau anak-anak yang tersisa, dan ada juga yang mengatakan bahwa kami menginginkan para pria," ujar Master kepada Channel 12 Israel. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement