Kamis 07 Dec 2023 12:16 WIB

Beberapa Aksi Kekerasan yang Melibatkan Zionis Israel dan Muslim Palestina di Al Aqsa

Yahudi ingin hak pengelolaan Kompleks Masjid Al Aqsa diserahkan ke mereka.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
 Pemandangan masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem.
Foto: EPA-EFE/MANUEL DE ALMEIDA
Pemandangan masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Aktivis sayap kanan Yahudi akan berunjuk rasa menuntut diakhirinya pengelolaan situs suci itu di bawah pengelolaan Waqf. Tindakan yang akan melanggar hukum internasional ini bukan kali pertama terjadi.

Bahkan, tiga hari sebelum serangan infiltrasi Hamas ke perbatasan Israel pada 7 Oktober 2023, lusinan pemukim Israel telah memaksa masuk ke kompleks Masjid Al Aqsha di wilayah pendudukan Yerusalem Timur.

Baca Juga

Menurut Islamic Waqf Department, sejak awal bulan, mereka telah melakukan tur provokatif dari kompleks masjid mengikuti panggilan oleh kelompok-kelompok Yahudi ultranasionalis. Sedangkan, polisi memberlakukan pembatasan usia dan mencegah pemuda Palestina memasuki masjid selama kegiatan itu.

Kondisi serupa pun pernah terjadi pada 2019, pasukan Israel memasuki kompleks Masjid Al Aqsha bersama dengan ratusan orang Yahudi ultranasionalis. Tindakan ini pun memicu protes. Ini adalah pertama kalinya dalam sekitar 30 tahun bahwa orang Yahudi diizinkan masuk ke lokasi selama hari-hari terakhir pada Ramadhan yang bertepatan tahun ini dengan liburan nasional Israel dalam memperingati pengawasan atas kota tersebut.

Direktur Masjid Al Aqsha saat itu Omar al-Kiswani menuduh Israel melanggar perjanjian untuk tidak mengizinkan kunjungan semacam itu selama hari-hari terakhir Ramadhan. Jika ditarik pada beberapa tahun lalu, provokasi yang meletus tidak hanya dilakukan oleh pemukim Yahudi, tetapi juga petugas keamanan.

Contoh saja pada Mei 2011, pasukan keamanan Israel melakukan serangan di kompleks Al Aqsa yang melukai ratusan orang. Tindakan ini dilakukan ketika Muslim sedang melakukan shalat di dalam masjid. Namun, pasukan keamanan tetap menembakkan granat setrum, gas air mata dan putaran logam berlapis karet saat penembak jitu mengambil posisi di atap.

"Polisi Israel bergegas melalui semua gerbang al-Aqsa, mungkin 1.000 dari mereka, dan mereka mulai menembakkan peluru karet dan gas air mata," kata salah satu jamaah yang berada di dalam masjid bernama Ibrahim.

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan pada momen itu, lebih dari 300 warga Palestina terluka. Sekitar 20 perwira Israel terluka.

Tindakan berani pemukim Yahudi dan petugas keamanan Israel tidak dipungkiri akibat dukungan pemerintah sayap kanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Bahkan dalam peristiwa itu, dia membela tindakan pasukan keamanan dengan memujinya sebagai perjuangan yang adil.

Pada 2017, polisi Israel Masjid Al Aqsha pertama kali ditutup untuk melakukan solat Jumat. Menurut laporan Aljazirah, tindakan ini pertama kalinya dalam beberapa dekade bahwa kompleks itu ditutup untuk beribadah pada Jumat.

Para polisi juga menahan pemimpin Muslim Yerusalem Sheikh Mohammad Ahmed Hussein yang menentang tindakan penutupan tersebut. Tindakan itu pun memicu protes dan pekan berikutnya Israel pun mencabut penutupan kompleks Al Aqsha. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement